Tegang dengan Rusia, Trump Rangkul NATO

Dalam sejumlah kesempatan, Trump mempertanyakan manfaat NATO. Ia menyebut organisasi pertahanan itu sudah usang. Namun kini situasi berbeda.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 13 Apr 2017, 09:36 WIB
Presiden Donald Trump bersama dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg (AP/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump 'meralat' pernyataannya soal NATO. Trump menyebut, Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu tidak lagi usang.

Pernyataan tersebut disampaikannya bertepatan dengan kunjungan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg ke Gedung Putih. Dalam kesempatan yang sama Trump mengatakan, ancaman terorisme telah menjadi poin penting aliansi negaranya dengan organisasi keamanan tersebut.

Trump meminta agar NATO berbuat lebih banyak untuk membantu Irak dan Afghanistan.

"Sekjen dan saya memiliki diskusi yang produktif tentang apa lagi yang akan dilakukan NATO untuk memerangi terorisme. Saya mengeluh soal itu sejak lama dan mereka telah berubah, sekarang mereka memerangi terorisme," ujar Trump seperti dilansir BBC, Kamis, (3/4/2017).

"Sebelumnya saya katakan NATO sudah usang. Tapi kini mereka tidak lagi usang," imbuhnya.

Meski tampil lebih lunak, Trump tetap menyerukan agar negara-negara anggota NATO berkontribusi lebih banyak dana untuk organisasi itu.

"Jika negara-negara membayar dengan adil dan tidak hanya mengandalkan Amerika Serikat, kita semua akan jauh lebih aman," kata presiden ke-45 AS tersebut.

Sementara itu, Stoltenberg mengucapkan terima kasih kepada Trump atas pertemuan yang disebutnya sangat baik dan sangat produktif.

Awal pekan ini, NATO menyambut Montenegro sebagai anggota ke-29 mereka.

Sebelum pertemuan antara Trump dan Stoltenberg berlangsung, presiden AS itu beberapa kali mempertanyakan tujuan NATO. Ia juga mengeluhkan iuran keanggotaan yang dibayarkan AS sangat besar jika dibandingkan dengan negara-negara lain.

Perbedaan sikap atas NATO ini bukan satu-satunya kejutan yang dihadirkan Trump di sepanjang Rabu 12 April waktu Washington. Dalam sebuah wawancara dengan the Wall Street Journal, ia menyampaikan tidak akan lagi melabeli China sebagai manipulator mata uang.

Trump dalam berbagai kesempatan sebelumnya menuding China telah 'memperkosa' Amerika Serikat dengan kebijakan ekonomi yang mengerikan. Pernyataan tersebut dipicu defisit perdagangan antara AS dan Tiongkok.

Ayah lima anak itu menyebut China telah memanipulasi nilai mata uang untuk membuat ekspor mereka lebih kompetitif di pasar global. Tak dijelaskan apa yang menyebabkan perubahan sikap Trump.

Pertemuan Trump dan Stoltenberg di Gedung Putih berlangsung beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin selama kunjungannya ke Moskow.

"Semuanya berjalan cukup baik. Mungkin lebih baik daripada yang sudah diantisipasi," ungkap Trump mengomentari pertemuan Tillerson dan Putin.

"Saat ini kami sedang tidak akur sama sekali dengan Rusia. Kita mungkin berada di titik rendah dalam hubungan dengan Rusia," jelas mantan pebisnis itu.

Hubungan AS-Rusia tak terlepas dari situasi di Suriah. Moskow membela rezim Bashar al-Assad atas tudingan AS yang menyebut, penguasa Suriah itu melancarkan serangan kimia di Khan Sheikhun, Idlib.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya