Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, meminta kepada para pengusaha perikanan Jepang supaya tidak melakukan perbudakan terhadap anak buah kapal (ABK), termasuk yang berasal dari Indonesia. Hal ini disampaikan Susi lantaran banyak warga Indonesia yang bekerja di kapal-kapal perikanan Jepang.
Susi mengungkapkan hal tersebut saat menghadiri jamuan makan malam dari President Japan Tuna Fisheries Co-operative Association, Jun Yamashita di Tokyo, Jepang, baru-baru ini.
Advertisement
Yamashita menuturkan, ada 3 ribu orang ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal Asosiasi Pengusaha Perikanan Tuna Jepang. Mereka umumnya bekerja di kapal-kapal yang berlayar ke Samudra Hindia, Pasifik, dan Atlantik.
"Sebanyak 3 ribu ABK kami berasal dari Indonesia. Tanpa bantuan mereka, kami tidak bisa menangkap ikan tuna,” ujar Yamashita dalam keterangan resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Kamis (13/4/2017).
Mengetahui keadaan tersebut, Menteri Susi berpesan agar jangan ada perbudakan ABK di kapal-kapal perikanan Jepang, terutama ABK yang berasal dari Indonesia.
“Saya berterima kasih selama mereka (ABK asal Indonesia) diperlakukan dengan baik. Tapi kalau sampai saya dengar ada perbudakan, saya akan kejar sampai mana pun, dan mereka senyum-senyum. Mereka sangat menghargai,” ucap Susi.
Menteri Susi meminta agar ABK asal Indonesia yang bekerja di Jepang diberi kehidupan yang layak, baik dari segi gaji, akses terhadap kesehatan, dan sikap atau perlakuan. Untuk itu, Susi meminta daftar nama ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal-kapal ikan Jepang.
Menurutnya, pemerintah membutuhkan data tersebut untuk dapat melindungi para ABK asal Indonesia dan memastikan hak mereka terpenuhi secara baik.
“Kalau kita sudah punya datanya, kita kan bisa pantau. Kita bisa pastikan ABK-ABK kita apakah mendapat perlakuan yang baik atau tidak, gajinya memadai atau tidak, dapat perlindungan asuransi atau tidak,” tegas Susi.
Yamashita kembali merespons permintaan Susi. Dia berjanji mengirimkan nama 1.200 ABK asal Indonesia dalam waktu dekat. Yamashita meminta Menteri Susi tidak terlalu khawatir. Dia memastikan, segala sesuatu yang terjadi pada ABK di negaranya sepenuhnya menjadi tanggung jawab asosiasi.
“Kami akan pastikan para pemilik kapal memberikan perlindungan yang memadai. Kami percaya, kalau kami memperlakukan kru kami dengan baik dan mereka senang, mereka akan bekerja dengan baik sehingga produktivitas kerjanya pun semakin meningkat,” imbuh Yamashita.
Sebagai informasi, Jepang adalah negara dengan konsumsi ikan tuna sangat tinggi yakni 308.000 per tahun. Untuk itu, mereka memiliki banyak kapal penangkap ikan tuna dengan mempekerjakan ABK dari beberapa negara, termasuk Indonesia.
Dalam jamuan makan malam tersebut, Menteri Susi juga mengungkapkan jika tujuan kunjungannya ke Jepang adalah meningkatkan kerja sama Indonesia dan Jepang yang selama ini sudah terjalin cukup baik.
Menurutnya, Indonesia juga membuka kesempatan bagi pengusaha perikanan Jepang untuk berinvestasi di Indonesia.