Pemerintah Antisipasi Rencana Penyesuaian Harga BBM dan Elpiji

Sejak Januari sampai Juni belum ada kenaikan harga BBM dan elpiji.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Apr 2017, 11:00 WIB
Petugas mengisi BBM kendaraan konsumen di SPBU, Jakarta, Kamis (5/1). Penetapan harga BBM Umum jenis Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite dan Pertalite merupakan kebijakan korporasi Pertamina. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mengantisipasi rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan elpiji 3 Kilogram (Kg) di semester II-2017 (Juli-Desember). Antisipasi tersebut perlu melibatkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan demi menjaga inflasi tetap berada pada rentang 4 persen-5 persen hingga akhir tahun ini.

"Kita akan bicara dengan Menteri ESDM karena ada rencana penyesuaian BBM dan elpiji," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo usai Rakor Inflasi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis malam (14/4/2017).

Agus melanjutkan, sejak Januari sampai Juni belum ada kenaikan harga BBM dan elpiji. Pemerintah dan BI akan terus berkoordinasi untuk memastikan apakah ada peluang menaikkan harga BBM subsidi dan tabung melon.

"Januari-Juni belum ada penyesuaian, kita antisipasi di semester II, apakah memungkinkan dilakukan penyesuaian. Tapi sekarang belum, diskusi ini akan dilanjutkan," tambahnya.

BI sudah mematok target inflasi sebesar 4 plus minus 1 persen di 2017. Inflasi dari gejolak harga pangan ditetapkan dalam rapat di bawah 4 persen sampai 5 persen. Realisasi saat ini secara year on year (Yoy) dari inflasi bahan pangan 2,89 persen.

"Kalau seandainya volatile food terjaga, ada ruang melakukan penyesuaian harga barang-barang diatur pemerintah (administered prices) BBM dan elpiji. Sedangkan (kenaikan tarif listrik) sudah masuk di dalamnya (perkiraan)," Agus menerangkan.

Menurutnya, pemerintah dan BI sepakat melakukan pengendalian di gejolak harga pangan, seperti cabai, bawang, dan lainnya. Dengan begitu, ketika ada kenaikan harga BBM dan elpiji 3 Kg, maka dampaknya tidak signifikan, termasuk pengaruh efek lanjutannya sehingga tetap terjaga sesuai target.

"Kalau nanti dilakukan reformasi energi, mengurangi subsidi kurang efektif dan berdampak ke inflasi agak tinggi, kita bisa menerima. Itu komitmen struktural, satu kali tapi untuk ekonomi lebih sehat. Tapi waktunya harus diatur supaya disesuaikan, karena Mei sudah masuk puasa, jadi harus diwaspadai," jelas Agus.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku, pemerintah tengah menganalisa, mengkalkulasi, dan mencari solusi yang tepat untuk tetap mengendalikan laju inflasi.

"Kita masih akan bicara dengan Menteri Perhubungan dan Menteri ESDM. Kita sedang mengkalkulasi seperti apa kombinasi optimum mengenai hal ini," dia mengatakan.

Namun ketika ditanyakan apakah rencana kenaikan harga BBM dan elpiji, maupun tarif listrik akan ditunda, Darmin belum mengetahuinya. "Belum tentu (tunda). Ini sedang dikalkulasi, kita belum bisa bilang. Kita masih harus ketemu dengan Menteri ESDM," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya