Liputan6.com, Jakarta - Sebagian dari kita pasti memasang ekstensi pemblokir iklan (ad blocker) untuk menyingkirkan iklan yang mengganggu tampilan situs web. Namun studi terbaru mengungkap penggunaan ad blocker justru dapat terlacak oleh pengiklan (advertiser).
Menurut laporan PageFair pada 2016, sebanyak 615 juta perangkat tercatat memakai ad blocker. Laporan menyebut, sebagian besar pengguna memakainya agar tidak terganggu apapun saat mengakses situs web.
Baca Juga
Advertisement
Sebagian lainnya justru memakai ad blocker untuk membatasi kemampuan pengiklan yang dapat melacak mereka (berdasarkan preferensi) secara online. Padahal, kenyataannya hal ini justru membuka celah bagi pengiklan untuk melacak mereka.
Laporan Electronic Frontier Foundation pada 2010 silam mengungkap browser atau peramban tidak sepenuhnya dapat melindungi informasi yang terlacak oleh para pengiklan.
Terbaru, lembaga riset asal Prancis menemukan bahwa secanggih apapun fitur pada ad blocker, hal itu tak akan sepenuhnya ampuh menutup celah yang dapat terlacak oleh para pengiklan.
Tidak hanya ad blocker saja, tetapi juga extension lain yang membutuhkan informasi dari si penggunanya. Namun, teridentifikasi oleh extension semacam Ghostery--plugin peramban yang berfungsi untuk melindungi privasi kita dari tracker--justru tak terlalu membantu.
(Cas)