Liputan6.com, Jakarta: Bencana banjir yang melanda Jakarta mengakibatkan sejumlah ruas jalan rusak. Bahkan, kerusakan sudah menjalar ke jalan protokoler di Ibu Kota. Misalnya, di kawasan niaga Thamrin, Sudirman, dan S. Parman. Diyakini, proses perbaikan jalan memakan waktu lama. Sebab, curah hujan masih terus tinggi beberapa hari terakhir ini. Demikian diungkapkan Kepala Sub Direktorat Jalan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Amin Tjakra Alwijaya saat berdialog dengan reporter Tri Ambarwatie di Studio Liputan 6 SCTV Jakarta, Sabtu (16/2) siang.
Sejauh ini, kata Amin, Ditjen PU baru menutup lubang dengan menggunakan makadam atau pecahan batu. Tapi, upaya itu kurang maksimal karena batu akan keluar saat dilewati kendaraan. "Kami menutup lubang buat mencegah kecelakaan," tambah Amin. Karena itu, perbaikan permanen dengan menggunakan aspal panas masih menunggu sampai curah hujan berkurang. Dia menyebutkan, saat ini kerusakan jalan sudah mencapai delapan persen. Dalam kondisi normal, kerusakan hanya mencapai empat persen.
Meski begitu, Amin menjelaskan, tak seluruh jalan bisa diperbaiki Ditjen PU. Karena, setiap kawasan memiliki lembaga yang berwenang tersendiri. "Jadi, kami hanya memperbaiki jalan di luar jalan protokoler," kata Amin. Menurut Amin, anggaran perbaikan jalan pascabanjir sudah tersedia. Namun, sebelum dana itu sampai ke lapangan, Ditjen PU akan mengajukan proposal kepada Gubernur DKI. Sebab, pencairan anggaran perbaikan tergantung klasifikasi jalan tersebut.
Lebih jauh Amin memaparkan, jalan raya di Jakarta Utara, klasifikasinya berbeda dengan di Jakarta Selatan. Sebab, jalan di wilayah Jakut harus menggunakan beton karena stuktur tanah rawan banjir. Sementara di Jaksel cukup menggunakan aspal karena berada di dataran tinggi. Namun, dia berpendapat, kondisi jalan bagus belum tentu menjamin terhindar dari bencana banjir. Alasannya, air tetap meluap bila sistem drainasse di kawasan itu macet.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Sejauh ini, kata Amin, Ditjen PU baru menutup lubang dengan menggunakan makadam atau pecahan batu. Tapi, upaya itu kurang maksimal karena batu akan keluar saat dilewati kendaraan. "Kami menutup lubang buat mencegah kecelakaan," tambah Amin. Karena itu, perbaikan permanen dengan menggunakan aspal panas masih menunggu sampai curah hujan berkurang. Dia menyebutkan, saat ini kerusakan jalan sudah mencapai delapan persen. Dalam kondisi normal, kerusakan hanya mencapai empat persen.
Meski begitu, Amin menjelaskan, tak seluruh jalan bisa diperbaiki Ditjen PU. Karena, setiap kawasan memiliki lembaga yang berwenang tersendiri. "Jadi, kami hanya memperbaiki jalan di luar jalan protokoler," kata Amin. Menurut Amin, anggaran perbaikan jalan pascabanjir sudah tersedia. Namun, sebelum dana itu sampai ke lapangan, Ditjen PU akan mengajukan proposal kepada Gubernur DKI. Sebab, pencairan anggaran perbaikan tergantung klasifikasi jalan tersebut.
Lebih jauh Amin memaparkan, jalan raya di Jakarta Utara, klasifikasinya berbeda dengan di Jakarta Selatan. Sebab, jalan di wilayah Jakut harus menggunakan beton karena stuktur tanah rawan banjir. Sementara di Jaksel cukup menggunakan aspal karena berada di dataran tinggi. Namun, dia berpendapat, kondisi jalan bagus belum tentu menjamin terhindar dari bencana banjir. Alasannya, air tetap meluap bila sistem drainasse di kawasan itu macet.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)