Kabut Pagi Situ Patenggang dan Mitos Cinta Abadi Kian Santang

Berkeliling ke Situ Patenggang paling pas saat pagi hari.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 17 Apr 2017, 06:01 WIB
Objek wisata Situ Patenggang di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Wisata alam di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, memang tidak ada habisnya. Selain keindahan perkebunan teh, kawasan Bandung Selatan ini juga memiliki objek wisata alam yang mengasyikkan saat pagi ataupun sore hari. Salah satunya adalah Situ Patenggang atau Patengan.

Situ dalam bahasa Sunda diartikan sebagai "danau". Nah, Danau Patenggang ini berada di ketinggian lebih dari 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Memiliki luas sekitar 45 ribu hektare, danau cantik ini merupakan bagian dari cagar alam yang mempunyai luas lebih dari 123 ribu hektare.

Berkeliling ke Situ Patenggang paling pas saat pagi hari. Selain suasananya yang masih sepi dan udara yang dihirup masih segar, penampakan alam yang menakjubkan siap menanti Anda. Disarankan untuk memakai jaket atau pakaian yang tebal.

Saat pagi menjelang ditandai dengan kabut tebal yang perlahan-lahan mulai lenyap seiring matahari menunjukkan rupanya. Hal tersebut membantu pandangan mata melihat danau cantik yang posisinya berada di Bandung Selatan ini.

Di balik danau luas dan berair tenang itu terdapat pegunungan menjulang. Selain itu, suara kicauan burung akan menambah keriangan Situ Patenggang di pagi hari.

Untuk mengelilingi danau tersebut minta saja pada penyewa jasa perahu yang menunggu di tepi danau. Dengan tarif yang cukup murah Anda akan diantarkan menjelajah lebih jauh danau ini. Kalau menawar harga sewa juga bisa.

Ada juga cara lain untuk menikmati kawasan danau. Tidak jauh dari penyewa perahu terdapat para penyewa sepeda air yang menarik untuk dicoba. Tetapi jika fobia di tengah air yang luas, Anda bisa menempati spot-spot khusus untuk dapat sekadar duduk-duduk menikmati ketenangan danau.

Pengunjung yang menyewa perahu bisa mengunjungi pulau yang berada di tengah danau. Meski pulau itu tidak terlalu besar, cukup banyak pohon-pohon rindang yang bisa menjadi tempat pelepas lelah. Bila Anda hobi memancing, sekalian saja mencoba sensasi memancing di danau yang tenang ini.

Untuk mengelilingi Situ Patenggang tarifnya cuma Rp 20 ribu per orang dan sepeda air Rp 30 ribu per jam. Sedangkan tiket masuk dikenakan tarif Rp 18 ribu dan parkir Rp 5.000.


Menuju Situ Patenggang

Objek wisata Situ Patenggang di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Kawasan Situ Patenggang tidak jauh dari lokasi wisata lainnya, Kawah Putih yang juga berada di Ciwidey. Hanya menempuh waktu 10 menit menggunakan kendaraan roda dua.

Jika Anda berada di Kota Bandung, ambil jalur menuju arah selatan. Rutenya sendiri ke arah Kopo lalu ke Soreang yang menuju arah Ciwidey.

Objek wisata Situ Patenggang di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Selanjutnya akan ada penunjuk arah untuk sampai ke lokasi Situ Patenggang.

Waktu tempuh kira-kira dua jam dari Bandung. Jalannya mulus dan bisa dilalui dua kendaraan dari arah berlawanan. Selain itu terdapat jalan berkelok-kelok menuju danau ini.

Namun pemandangan hamparan kebun teh akan terasa menyejukkan mata sehingga perjalanan tak terasa melelahkan.


Mitos Batu Cinta

Objek wisata Situ Patenggang di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Selain pemandangannya yang indah, Situ Patenggang juga memiliki mitos yang cukup terkenal di kalangan masyarakat sekitar. Kisahnya berawal dari cinta putra raja dan titisan dewi kahyangan, Ki Santang dan Dewi Rengganis.

Namun keduanya berpisah cukup lama. Karena rasa cinta yang mendalam, mereka saling mencari satu sama lain dan bertemulah di sebuah tempat yang kini dikenal dengan Batu Cinta.

Pada pertemuan itulah Dewi Rengganis minta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk bisa berlayar bersama Ki Santang. Konon, perahu itu dipercaya berubah menjadi pulau berbentuk hati yang dinamakan Pulau Asmara.

Masyarakat setempat juga percaya orang yang singgah di Batu Cinta dan mengelilingi Pulau Asmara ini, maka hubungan pasangan tersebut akan langgeng layaknya Ki Santang dan Dewi Rengganis.

Patenggang juga dikenal dengan nama Patengan. Ilyas (40), seorang warga menuturkan, Patengan dikaitkan dengan bahasa Sunda yang artinya "pateang-teang" atau saling mencari.

"Kenapa bisa Patengan? Dulu orang-orang sulit menyebut Patengan karena huruf g-nya ada satu," tutur Ilyas kepada Liputan6.com, Minggu, 16 April 2017.

Kendati demikian, Ilyas menilai nama Patengan atau Patenggang itu artinya tetap sama. "Karena danau ini memang berada di Desa Patengan. Secara administratif namanya Patenggang," ia memungkasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya