Liputan6.com, Jakarta - Aksi boikot Snapchat tengah gencar dilakukan oleh pengguna di wilayah India sejak kemarin. Langkah tersebut dilakukan menyusul pernyataan kontroversial CEO Snap. Inc Evan Spiegel yang terungkap dalam sebuah gugatan hukum dari mantan karyawan perusahaan.
Berdasarkan informasi dari gugatan hukum itu, diketahui Spiegel pernah menyebut Snapchat tak ditujukan untuk negara-negara miskin. "Aplikasi ini hanya ditujukan untuk orang kaya. Saya tak ingin mengembangkannya untuk negara miskin seperti India dan Spanyol," ujar Spiegel seperti dikutip dari Economic Times, Senin (17/4/2017).
Baca Juga
Advertisement
Untuk informasi, gugatan yang dilayangkan mantan karyawan bernama Anthony Pompliano ini merupakan reaksi dari keputusan perusahaan yang memecatnya. Melalui gugatan itu disebut pula Snapchat terlalu banyak menyimpan data pengguna dan sejumlah eksekutif perusahaan tak benar-benar mengetahui informasi penting.
Terungkapnya informasi tersebut, membuat linimasa media sosial pun sempat diramaikan oleh tagar #BoycottSnapchat dan #Uninstall-Snapchat. Tak hanya itu, banyak pengguna yang memberikan rating buruk pada aplikasi Snapchat di Google Play Store dan App Store.
Menanggapi informasi tersebut, juru bicara Snapchat telah membantahnya melalui keterangan resmi. Perusahaan yang baru saja go public pada bulan lalu menyebut aplikasi Snapchat ditujukan untuk semua orang dan tersedia di seluruh dunia untuk diunduh secara gratis.
"Pernyataan itu ditulis oleh seorang mantan karyawan yang tak puas. Kami sangat berterimakasih dengan komunitas Snapchat di India dan seluruh dunia," ujar media sosial dalam pernyataannya. Selain itu, perusahaan menampik telah memberikan metrik data pengguna yang salah untuk investor pada 2015.
Meskipun aksi ini tengah gencar dilakukan, sejumlah analis memprediksi hal itu tak akan berdampak banyak bagi Snapchat. Alasannya, pengguna Snapchat di India hanya sekitar 4 juta, jauh lebih sedikit dari pengguna Facebook yang mencapai 200 juta di negara tersebut.
Informasi terbaru juga menyebut dari pengguna harian aktif Snapchat yang berjumlah 158 juta, 50 persen di antaranya berada di Amerika Serikat dan sisanya tersebar di negara lain. Untuk itu, aksi boikot ini diperkirakan akan segera reda dalam beberapa bulan mendatang.
(Dam/Ysl)