Liputan6.com, Bogor - Satu dari dua jembatan darurat di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, hanyut pada Sabtu 15 April lalu. Jembatan yang baru selesai dibangun itu kembali diterjang arus sungai Cipamingkis, akibat hujan deras di daerah hulu.
Jembatan bambu tersebut dibangun setelah jembatan Cipamingkis yang menghubungkan Kabupaten Bogor dengan Cianjur itu, ambruk pada Kamis 13 April lalu.
Advertisement
"Ya Sabtu malam hanyut diterjang arus akibat di hulu sungai hujan deras," kata Wahyu, tokoh masyarakat Kampung Jagaita, Desa Jonggol, Senin (17/4/2017).
Ratusan warga dari Desa Jonggol dan Desa Bendungan secara sukarela bergotong-royong memperbaiki jembatan. Tak lebih dari empat jam jembatan kembali berdiri dan bisa dilewati pejalan kaki dan sepeda motor.
"Kalau enggak ada jembatan, anak-anak sekolah maupun buruh pabrik bakal kerepotan," kata Wahyu.
Pasca-ambruknya jembatan Cipamingkis, warga secara swadaya membangun dua jembatan darurat di sisi kiri dan kanan. Jembatan ini dibangun untuk memudahkan warga beraktivitas.
Jembatan ini memang rawan hanyut dan membahayakan, karena jarak antara jembatan dengan permukaan air tak lebih dari satu meter. Namun warga tidak memiliki pilihan lain selain membangun jembatan darurat.
Camat Jonggol Beben Suhendar mengatakan, jembatan darurat sangat dibutuhkan warga, khususnya pelajar sekolah yang bermukim di lima desa.
"Kalau tidak ada jembatan mereka harus memutar arah sangat jauh," kata Beben.
Menurut dia, Pemprov Jabar urung membangun jembatan, karena panjang jembatan lebih dari 100 meter.
"Intinya, dibangun jembatan bambu ini supaya warga, khususnya anak sekolah bisa melintas dulu," kata dia.
Akibat ambruknya jembatan Cipamingkis, akses menuju Cariu dan Cianjur juga terputus. Warga yang bermukim di Kecamatan Cariu harus memutar dengan jarak yang cukup jauh, untuk menuju Cileungsi dan Gunungputri.
Begitu pun sebaliknya, warga Cileungsi dan Gunungputri yang hendak menuju Cariu maupun Cianjur, harus melewati daerah lain seperti Karawang dan Cikarang.