Liputan6.com, Jakarta Usia sudah matang, pacaran sudah bertahun-tahun, pekerjaan sudah mantap, ketika kondisi begini sering muncul pertanyaan dari kerabat dan teman: 'kapan nikah?'. Jika sekali dua kali tidak masalah, tapi kalau berulang kali kerap membuat sebal.
Bila hal ini terjadi pada Anda, psikolog dari TigaGenerasi Fathya Artha Utami mengingatkan agar tidak menjadikan 'serangan' pertanyaan 'kapan nikah' sebagai alasan segera menikah.
Advertisement
"Pertanyaan dari keluarga itu enggak ada habis-habisnya. Memberi tekanan itu pasti. Namun, aku sangat tidak menyarankan pasangan menikah kerena tekanan sosial," kata Fathya usai peluncuran buku Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan dari TigaGenerasi ditulis Senin (17/4/2017).
"Karena ketika ada apa-apa dengan pernikahan, lingkungan sosial tidak akan bertanggung jawab kan," katanya kepada wartawan.
Sehingga kembali lagi, memutuskan menikah itu perlu dipikirkan masak-masak. Tanyakan kepada diri sendiri sudah siap atau belum karena nikah itu untuk seumur hidup. Menikahlah karena memang sudah merasa siap dan yakin.
Bila tekanan sosial begitu terasa, memperluas pertemanan itu bisa dilakukan. Misalnya ketika memiliki tiga teman dekat dan sebagai satu-satunya yang belum menikah, coba perluas pertemanan dengan banyak orang. Misalnya bergabung dengan komunitas hobi kesukaan.
Jadi, ketika Anda merasa belum siap menikah lalu ada yang bertanya 'kapan nikah?' coba untuk dibawa santai. "Hadapi dengan senyuman atau bilang 'doain aja ya'. Kalau kita jawab pasti ada pertanyaan selanjutnya," kata Fathya.