Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump telah menarik China dari daftar negara curang yang memanipulasi mata uang demi menggenjot ekspornya ke AS. Sementara Indonesia masih berada dalam deretan daftar negara curang penyebab defisit neraca perdagangan AS.
"Harusnya perintah itu ditarik Trump (untuk Indonesia)," tegas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadi Wibowo di kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2017).
Dia menerangkan, Indonesia selama ini mengandalkan ekspor ke AS selain komoditas, juga ada pakaian jadi, sepatu, dan produk lainnya. Segala macam barang-barang Nike misalnya, diproduksi di Indonesia.
"Nike itu pabriknya di sini, saya ingat sekali. Produk-produk pakaian jadi yang diproduksi disini, ada yang dikasih merek Indonesia dan merek AS, jadi sebenarnya kita punya bargaining," terangnya.
BPS menilai, pemerintah Indonesia tetap membutuhkan negosiasi secara governtment to government atau business to business. Indonesia harus proaktif, seperti yang dilakukan China langsung mengirim Presiden Xi Jinping untuk melakukan negosiasi dagang.
Baca Juga
Advertisement
"Mungkin udang kita yang disasar (bermasalah) tapi kita bisa jelaskan. China saja proaktif sampai Xi Jinping datang ke AS, kita juga harus melakukan strategi itu karena ekspor kita ke AS sangat besar, baik level Presiden atau Wapres. Yang penting proaktif negosiasi dagang dengan AS, Trump kan pebisnis," saran Sasmito.
Dari data BPS, AS termasuk negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia terbesar kedua setelah China sepanjang Januari-Maret 2017. Realisasi ekspor Indonesia ke AS pada periode tersebut mencapai US$ 4,29 miliar dengan pangsa pasar 11,70 persen.
Sebelumnya, Donald Trump memerintahkan stafnya untuk mengumumkan negara-negara yang bertanggung jawab atas defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) yang mencapai US$ 50 miliar. Negara-negara ini disebutnya sebagai negara curang terhadap perdagangan AS. Dalam daftar yang disebutkan, salah satunya adalah Indonesia.
Pejabat Tinggi AS mengatakan bahwa Donald Trump akan mengeluarkan dua perintah eksekutif untuk mencari akar masalah penyebab defisit neraca perdagangan AS.
Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan, salah satu perintah Trump berupa analisa negara per negara dan produk per produk. Hasilnya akana dilaporkan pada Trump dalam 90 hari.
Mereka akan melihat bukti kecurangan, perilaku tak pantas, kesepakatan dagang yang tidak sesuai dengan janji, kurangnya penegakan hukum, persoalan mata uang dan kendala dengan Organisasi Perdagangan Dunia. "Ini akan menjadi dasar untuk keputusan yang diambil pemerintah," ujarnya.
Perintah itu akan keluar satu pekan sebelum Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan nampaknya akan menjadi peringatan dini atas Beijing. "Perlu disebutkan bahwa sumber defisit terbesar adalah China," kata Ross.
Selain China, ada belasan negara lain dinilai menjadi penyebab defisit perdagangan AS. Negara tersebut ialah Kanada, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Swiss, Taiwan, Thailand dan Vietnam. (Fik/Gdn)