Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia (RI) ketiga Bacharuddin Jusuf Habibie kembali mengingatkan, pentingnya neraca jam kerja dicantumkan dalam indikator makro ekonomi. Neraca jam kerja tersebut untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
Habibie mengatakan, selama ini indikator makro di Indonesia hanya mencantumkan neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Sedangkan neraca jam kerja tidak tercantum. Padahal sebenarnya, neraca jam kerja juga sangat penting bagi perekonomian nasional.
Pencantuman neraca jam kerja dalam indikator ekonomi ini pernah digagas pada 2012 silam. Namun gagasan tersebut tak terealisasikan.
Baca Juga
Advertisement
"Saya sudah tawarkan. Kita semua bicara mengenai neraca pembayaran, neraca perdagangan, tetapi tidak pernah bicara soal neraca jam kerja" kata Habibie, dalam ceramah umum Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi dalam Pelaksanaan Tugas, Fungsi dan Kewenangan PPATK, di Jakarta, Senin (17/4/2017).
Menurut Habibie, dengan adanya neraca jam kerja dapat melihat produktivitas produk dalam negeri. Semala ini banyak pihak melihat bahwa produktivitas SDM di Indonesia kalah bersaing dengan SDM di negara lain.
Selain itu, neraca jam kerja juga dapat mengukur pergerakan uang atas pekerjaan yang telah dilakukan penduduk Indonesia. Hal ini bisa dilakukan lembaga yang menangani keuangan, seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
"Gelas ini dan airnya ada neraca jam kerja, kapal terbang dibelakangnya ada jam kerja. Jam kerja harusnya Anda bisa ukur dengan mekanisme dan cara-cara mengukur gerakan uang," papar Habibie.
Habibie melanjutkan, dengan adanya neraca jam kerja bisa memantau pemerataan antar wilayah di Indonesia. Selain itu juga dapat mengatasi kerenggangan jarak ketimpangan sosial (gini rasio) dengan meningkatkan kesejahteraan.
"Lihat produk penghasil jam kerja bertambah atau tidak berkurang atau tidak. Ini yang dialami oleh Amerika sehingga mengalami proses kemiskinan, kita buka proses pemerataan, kita lihat gini rasio, anda harus bereskan itu caranya pantaulah," tutup Habibie. (Pew/Gdn)