Investor Cermati Kondisi Politik, IHSG Turun 39 Poin

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 39,05 poin ke level 5.577,48.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Apr 2017, 16:20 WIB
Ilustrasi laju IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 39,05 poin atau 0,70 persen ke level 5.577,48. Tekanan IHSG ini didorong investor wait and see kondisi politik baik eksternal dan internal.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (17/4/2017), IHSG turun 39,05 poin atau 0,70 persen ke level 5.577,48. Indeks saham LQ45 merosto 1,02 persen. Seluruh sektor acuan kompak melemah.

Ada sebanyak 207 saham tertekan sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sedangkan 121 saham mengaut dan 112 saham lainnya diam di tempat. Transaksi perdagangan saham tercatat 239.216 kali dengan volume perdagangan 9,8 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 5,4 triliun.

IHSG sempat berada di level tertinggi 5.631,51 dan terendah 5.577,48. Investor asing melakukan aksi beli sekitar Rp 19,10 miliar di pasar reguler. Tercatat posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.280.

Saham-saham yang menguat antara lain saham STAR naik 30,77 persen ke level Rp 102 per saham, saham HOTL mendaki 25 persen ke level Rp 200 per saham, dan saham MLPT melonjak 24,49 persen ke level Rp 1.220 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham AKPI turun 14,89 persen ke level Rp 800 per saham, saham ERTX melemah 14,36 persen ke level Rp 167 per saham, dan saham SQMI tergelincir 14,29 persen ke level Rp 1.200 per saham.

Bursa Asia pun sebagian besar melemah kecuali indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,51 persen ke level 2.145,76 dan indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,11 persen ke level 18.355. Indeks saham Shanghai merosot 0,74 persen ke level 3.222,17, indeks saham Singapura merosot 0,96 persen ke level 3.138,94 dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,17 persen ke level 9.716.

Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji menuturkan, sejumlah data ekonomi baik eksternal dan internal positif belum mampu angkat IHSG.

Sentimen positif dari internal antara lain rilis data neraca perdagangan tercatat surplus US$ 1,23 miliar pada Maret 2017. Selain itu, ekspor naik signifikan dari US$ 11,81 miliar pada Maret 2016 menjadi US$ 14,59 miliar pada Maret 2017 atau naik 23,55 persen. Bima menilai, ekonomi Indonesia akan lebih baik pada 2017 dari 2016.

Selain itu, dari eksternal, China mencatatkan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen pada kuartal I 2017. Angka itu lebih tinggi dari perkiraan ekonom.

Namun, Bima menuturkan, sentimen geopolitik terutama ketidakpastian antara Amerika Serikat, Rusia dan Korea Utara membuat investor wait and see. Ditambah ada pemilihan kepala daerah putaran kedua DKI Jakartapada 19 April 2017 juga dicermati pelaku pasar.

"Kondisi geopolitik bikin investor khawatir sehingga mengalihkan asetnya ke emas dan dolar AS. Pilkada DKI Jakarta juga buat investor wait and see," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

 

 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya