Liputan6.com, Bandung - Ambisi Vivo mendominasi pasar smartphone lokal semakin serius. Sebagai bukti, vendor asal Tiongkok itu berencana akan membangun pusat Riset dan Pengembangan (R&D, Research and Development) di Tanah Air. Hal tersebut diutarakan langsung oleh Brand Director Vivo Mobile Indonesia Peter Wang.
“Saat ini, kami sudah punya 7 pusat R&D di dunia. 4 di Tiongkok, 2 di Amerika Serikat (AS), dan 1 di Korea,” kata Wang saat ditemui Tekno Liputan6.com pada Vivo Media Trip di Maja House, Bandung, Senin (17/4/2017).
“Selanjutnya akan menjadi 8 karena satu lagi menyusul di Indonesia,” ia menambahkan.
Alasan Vivo memilih pusat Riset dan Pengembangan terbaru di Indonesia tak lain karena pasar di sini begitu besar. Maka itu, mereka yakin smartphone Vivo yang diproduksi di dalam negeri juga dapat menarik minat konsumen lebih banyak.
Baca Juga
Advertisement
Selain membangun pusat Riset dan Pengembangan, Vivo juga mengklaim telah memenuhi aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) perangkat 4G hingga 31 persen dalam komponen hardware dan software. Tak tanggung-tanggung, mereka pun yakin bisa memenuhi 40 persen TKDN pada 2018.
Tidak hanya itu, Wang juga mengungkapkan bahwa Vivo berencana memperluas fasilitas manufakturnya yang berlokasi di Cikupa, Tangerang. Nantinya, pembangunan pabrik kedua itu diprediksi bisa memproduksi 1 juta perangkat per bulannya.
Diketahui, Vivo sudah memiliki pabrik perakitan perangkat sejak mereka memenuhi TKDN 30 persen pada 2016. Pabrik milik Vivo itu didirikan secara mandiri. Semua smartphone diproduksi di sana.
Sekadar informasi, Vivo menggelontorkan investasi pembangunan besar. Disebutkan Kenny Chandra selaku Product Manager Vivo Mobile Indonesia, angka investasi pembangunan pabrik tersebut sangat banyak.
"Yang pasti miliaran (rupiah)," tandas Kenny.
(Jek/Isk)