Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia tergelincir 1 persen seusai momen liburan Paskah di akhir pekan. Laporan kenaikan produksi shale AS dan aksi profit taking menjadi pemicu.
Melansir laman Reuters, Selasa (18/4/2017), harga minyak mentah berjangka Brent mengakhiri sesi 53 sen lebih rendah menjadi US$ 55,36. Sementara harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) turun 53 sen menjadi US$ 52,65 per barel.
Harga minyak dipengaruhi laporan Badan Informasi Energi (EIA) yang memprediksi produksi shale AS pada Mei meningkat ke posisi terbesar dalam lebih dari dua tahun.
Advertisement
Ini menambah kekhawatiran bahwa kenaikan produksi minyak AS ini akan merusak upaya dari produsen top dunia untuk mengendalikan kekenyangan minyak global.
Robert Yawger, Direktur Komoditas Energi Berjangka Mizuho mengatakan kondisi pasar minyak didorong aksi profit taking. "Pasar overbought sehingga orang-orang pasti pemesanan keuntungan pada saat ini," kata Yawger.
Dengan pasar keuangan ditutup di seluruh Eropa, fokus pasar kini pada ketegangan geopolitik.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak rencananya akan menggelar pertemuan pada 25 Mei untuk membahas kemungkinan perpanjangan penurunan produksi pada Juni untuk mengurangi pasokan yang telah menekan harga.
Iran berharap bahwa OPEC dan produsen non-OPEC akan memperpanjang pemotongan, tapi Menteri Energi Arab Saudi mengatakan terlalu dini untuk membicarakan perpanjangan.
Terkait kondisi geopolitik, antara lain karena ketidakstabilan di Korea Utara. Pertempuran di Libya ikut memangkas produksi minyak. Banyak analis tetap positif pada harga minyak.