Liputan6.com, Pasuruan - Pasuruan merupakan salah satu daerah perajin layang-layang terbesar di Jawa Timur. Seperti Muhammad Sulton, warga Desa Sekar Putih, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan itu mengaku bisa menghasilkan sedikitnya 150 hingga 200 buah kerangka layang-layang per hari.
Meski telah menginjak usia kepala empat, keterampilannya mengolah bilah bambu menjadi kerangka layang-layang masih mumpuni. Layang-layang buatannya termasuk paling bagus di antara produksi layang-layang di kampung itu.
Kepada Liputan6.com, Sulton mengaku menekuni profesi sebagai perajin kerangka layang-layang sejak masih muda. "Pastinya lupa saya, kira-kira sudah puluhan tahun. Saat itu saat saya masih muda," tutur Sulton, Senin, 17 April 2017.
Selain Sulton, ada ratusan perajin layang-layang yang saling berbagi peran. Ada yang memiliki spesialisasi merajut bambu, menempel bambu di kertas hingga membentuk corak gambar pada layangan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Ada yang hanya sampai di kerangka layangan saja, sampai di pengeleman kertas ke bambu dan ada juga yang nyablon kertas sesuai motif pemesan," kata Sulton.
Kampung itu sejak dahulu terkenal sebagai pengepul layangan terbesar di Pasuruan. Mayoritas penduduknya adalah perajin layang-layang yang bekerja secara turun-temurun.
"Iya dari empat pedukuhan yang ada, mayoritas adalah pengrajin layang-layang," kata Muhammad Arifin, salah seorang perangkat desa setempat.
Ia tak tahu pasti sejak kapan kampungnya menjadi kampung layang-layang. "Mulai saya belum lahir sampai sekarang umur menginjak kepala lima, masih tetap banyak yang menekuni usaha ini," tutur dia.
Arifin mengatakan harga layang-layang yang dijualnya dipatok pada harga Rp 300 per buah. Dalam sehari, ia mampu mengirim empat ribu layang-layang ke sejumlah daerah di Indonesia.
"Kami biasanya mengirim ke luar daerah, seperti Malang, Bandung, dan Bali," ujar Arifin.
*Ikuti Quick Count Pilkada DKI Jakarta dari tiga lembaga survei di Liputan6.com pada Rabu 19 April 2017.