Liputan6.com, Jakarta - Bupati Boyolali, Seno Samodro menyatakan, wahana hiburan sekelas Disneyland dan Universal Studio yang akan dibangun di Boyolali, Jawa Tengah (Jateng) nantinya bukan bernama Disneyland. Investor saat ini masih menggodok tiga sampai empat nama taman rekreasi tersebut.
"Kalau jadi, namanya bukan Disneyland. Ada tiga-empat opsi nama yang masih didiskusikan, market bagaimana," ujar Seno dalam kesempatan wawancara khusus dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Selasa (18/4/2017).
Meski nama Disneyland sudah tenar, namun gabungan investor asing dan lokal hanya mengadopsi beberapa wahana hiburan dari pemain raksasa di dunia dengan konsep bisnis franchise tidak 100 persen.
Baca Juga
Advertisement
"Ini bukan Disneyland. Tapi dalam dunia bisnis itu biasa, franchise kan tidak harus 100 persen. Mereka sudah nego (Disneyland) tidak beli 100 persen, hanya sekitar 21-23 persen. Pakai Universal Studio 17 persen, ada lagi Warner Bros, Paramount, dan lainnya. Jadi 6-8 raksasa dunia, diambil beberapa wahana," jelas Seno.
Investor asing yang membangun dan memodali proyek taman hiburan senilai Rp 6,1 triliun di Boyolali berasal dari Selandia Baru, Finlandia, Malaysia, dan Singapura. Adapula penanam modal dari Indonesia. Sayangnya, Seno memiliki keterikatan janji untuk tidak membongkar identitas para investor tersebut.
"Banyak ada dari Selandia Baru, Finlandia, Malaysia, Singapura, bahkan yang di dalam negeri juga ada. Ini holding dan mereka sudah punya PT di Indonesia puluhan tahun," Seno menuturkan.
Dengan target selesai paling cepat 2019, wahana hiburan sekelas Disneyland di Boyolali ini diharapkan bisa menggaet minimal dua juta turis atau dua kali lipat dari jumlah penduduk Kota Susu yang sekitar satu juta jiwa sekarang ini.
"Jadi kayak Spanyol, penduduknya 58 juta jiwa tapi turis yang datang 128 juta orang. Boyolali ingin seperti Spanyol, targetnya 2 juta turis per tahun. Dengan begitu, Boyolali akan semakin nyaman dikunjungi, ditinggali untuk semua orang," tandas Seno. (Fik/Gdn)