Liputan6.com, Palembang - Perburuan Harimau Sumatera yang terus mendorong kepunahan habitatnya masih terjadi di Sumatera Selatan (Sumsel). Harga jual binatang bernama Latin Panthera tigris sumatrae yang sangat tinggi disinyalir membuat perdagangan dan perburuan hewan bertaring ini semakin nekat.
Berdasarkan penelusuran Polda Sumsel dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, seluruh tubuh Harimau Sumatera diperjualbelikan untuk berbagai kebutuhan. Selain untuk pajangan, banyak yang mempercayai beberapa organ tubuh Harimau Sumatera bisa meningkatkan vitalitas dan sebagai ramuan tradisional yang mujarab.
Menurut Kepala BKSDA Sumsel, Genman Hasibuan, mulai dari tulang dan kulit hingga kumis Harimau Sumatera dijual pedagang illegal ke para pembelinya. Hingga saat ini, pihaknya masih kesulitan menemukan pembeli organ Harimau Sumatera di Indonesia.
Seperti tulang Harimau Sumatera dipercaya beberapa kalangan sebagai ramuan obat tradisional khas Tiongkok. Racikan bubuk tulang hewan karnivora ini dipercaya bisa meningkatkan vitalitas pria.
Baca Juga
Advertisement
Daging Harimau Sumatera juga dipercaya bisa meningkatkan keberanian, sedangkan kumis Harimau Sumatera sering dijadikan para pembelinya sebagai jimat.
"Ada beberapa kepercayaan masyarakat yang masih terkait dengan organ Harimau Sumatera. Kebutuhan inilah yang juga memicu tingginya perburuan dan kepunahan Harimau Sumatera, karena habitatnya terdesak," ucap dia kepada Liputan6.com, Selasa (18/4/ 2017).
Dari sekian banyak penjualan organ Harimau Sumatera, bentuk opsetan (hewan yang diawetkan) Harimau Sumatera-lah yang paling tinggi nilainya. Bahkan, penjualan bentuk utuh Harimau Sumatera bisa dihargai hingga Rp 500 juta.
Menurut dia, dengan memiliki opsetan Harimau Sumatera bisa meningkatkan gengsi bagi para pemiliknya. Karena proses pengawetan yang lama dan sulitnya membentuk kerangka utuh Harimau Sumatera seperti aslinya.
Bahkan untuk membuat opsetan Harimau Sumatera ini, para pelaku harus mengeluarkan seluruh isi daging di dalam tubuh Harimau Sumatera.
"Kulit Harimau Sumatera yang masih basah saja dihargai Rp 250 juta per dua lembarnya. Apalagi opsetan Harimau Sumatera bisa lebih mahal lagi," ujar Genman.
Dari beberapa kali penangkapan perdagangan Harimau Sumatera, barang bukti yang diamankan seperti tulang harimau yang sudah hancur, kulit harimau yang disayat, gigi harimau dan lainnya.
Jika kondisi barang bukti masih bagus, pihaknya akan mengawetkan terlebih dahulu dan menghibahkan ke museum, Lembaga Ilmu Pengetahuan Ilmiah (LIPI) atau ke lembaga penelitian.
Namun jika dalam kondisi busuk, BKSDA Sumsel akan langsung membakarnya untuk mencegah penyebaran virus dan bakteri dari organ Harimau Sumatera tersebut.
"Jika ada yang hidup, akan kita kirim ke lembaga resmi negara, seperti kebun binatang atau ke habitatnya. Namun hingga sekarang, belum ada barang bukti berupa Harimau Sumatera yang hidup," sebut Genman Hasibuan.
8 Harimau Sumatera
Dalam menjaga habitat dan mencegah kepunahan Harimau Sumatera, BKSDA Sumsel bekerja sama dengan Taman Nasional Sembilang, Kabupaten Banyuasin Sumsel untuk mengadakan sosialisasi ke masyarakat sekitar.
Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kawasan habitat Harimau Sumatera, bahkan beberapa masyarakat sekitar kerap melihat hewan tersebut berada di permukiman warga.
Selama tiga tahun terakhir, menurut Genman, pihaknya menggandeng Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ZSL untuk memantau habitat Harimau Sumatera di Desa Dangku, Kabupaten Banyuasin Sumsel. Beberapa kamera trap dipasang secara acak di hutan Desa Dangku untuk melihat aktivitas Harimau Sumatera.
"Hanya ada sekitar 5-8 ekor Harimau Sumatera yang terekam di kamera trap. Tapi kita juga tidak bisa menganalisis lebih jauh, apakah yang terekam itu harimau sebelumnya atau yang lain," kata dia.
Dari wilayah jelajah dan teritorinya, Harimau Sumatera juga hidup di Hutan Tanaman Industri (HTI) kebun sawit. Namun jika habitatnya terusik, Harimau Sumatera sering masuk ke dalam permukiman warga di dekat hutan.
Selain menembak Harimau Sumatera, para pemburu juga sering memasang tali perangkap untuk penangkapan. Saat bertugas di Aceh, menurut Genman, pihaknya beberapa kali menemukan Harimau Sumatera yang sudah mati karena terkena tali jeratan pemburu.
"Tali perangkat mengenai kaki Harimau Sumatera dan langsung tergantung di pohon. Sering juga karena ikatan tali yang kuat, sehingga kaki Harimau Sumatera terputus," ia mengungkapkan.
Asep Adhikerana Peneliti Harimau ZSL mengatakan pihaknya masih akan membuat program pengembalian kawasan hidup Harimau Sumatera di Desa Dangku, Kabupaten Banyuasin, Sumsel.
"Kawasan hutan yang sudah terjamah manusia membuat jalan perburuan makanan Harimau Sumatera hilang. Kita sedang berupaya mengembalikan itu dan menekan kepunahannya," kata dia.
Beberapa kasus penyerangan Harimau Sumatera ke para warga, menurut Genman, merupakan suatu keterancaman yang dirasakan hewan tersebut. Terlebih jika para warga masuk ke kawasan habitat Harimau Sumatera di hutan.
"Jika merasa terancam, semua hewan akan mempunyai insting untuk melindungi diri," Genman Hasibuan memungkasi.
Advertisement