Liputan6.com, Bandung - Pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman, menganggap format kompetisi penuh satu wilayah sebagai tantangan. Menghadapi Liga 1 2017, Djadjang meminta para pemain Persib ekstra hati-hati.
Sebagai pesepakbola yang beberapa kali meraih gelar bersama Persib (sebagai pemain, asisten pelatih, hingga pelatih), Djadjang bukan tanpa alasan berkata demikian. Sebab, dia tahu betul, sejarah gelar Persib lebih banyak didapatkan dalam kompetisi dengan format dua wilayah dan melewati babak demi babak.
Baca Juga
Advertisement
Ya, faktanya Persib selalu kesulitan di liga yang menganut sistem kompetisi penuh dengan satu wilayah. Terutama di era Indonesia Super League (ISL). Entah itu karena kehabisan bensin di tengah perjalanan panjang kompetisi, badai cedera, hingga gonta-ganti pelatih. Persib lebih sering tak mampu berada di puncak klasemen.
Juara Persib yang diraih Djadjang saat ISL 2014 lalu tentu masih membekas di benak kita. Saat itu, dengan format dua wilayah, tim berjulukan Maung Bandung tergabung di Wilayah Barat dan finis sebagai runner up.
"Kalau dengan dua wilayah, masih memungkinkan kami mengharapkan dari babak selanjutnya," ujar Djadjang, seperti dilansir situs resmi Persib.
Hanya Mampu Finis Ketiga
Di ISL sebelum-sebelumnya, yang menggunakan format satu wilayah, jangankan juara, Persib paling banter finis di peringkat tiga, itu pun di awal ISL yakni edisi 2008. Selanjutnya Persib naik turun di empat besar dan papan tengah, mulai musim 2009/10 (4), 2011 (7), 2012 (8), dan 2013 di bawah Djadjang, Persib finis posisi 4.
Namun, Djadjang memperingatkan Persib untuk tidak takut menghadapi kompetisi penuh satu wilayah. Djadjang mengaku siap membawa Persib mengakhiri kutukan kompetisi satu wilayah.
"Setiap pertandingan benar-benar harus jangan terpeleset. Terutama laga kandang," ungkap pelatih yang akrab disapa Djanur ini.
Advertisement