Ini Komando Pasukan Khusus Perempuan Pertama di Dunia

Jegertroppen atau pasukan pemburu merupakan unit pasukan khusus Norwegia yang seluruhnya beranggotakan perempuan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 18 Apr 2017, 20:20 WIB
Pasukan khusus yang seluruhnya beranggotakan perempuan, Jegertroppen, juga dilatih untuk bertarung dalam jarak dekat (Norwegian Special Forces)

Liputan6.com, Oslo - Sebuah ledakan memecah keheningan di hutan kayu Norwegia. Segera setelahnya dua tentara muncul dan berlindung di balik bangkai mobil, membidik sasaran, serta meminta bantuan dari unit mereka.

Itu bukan adegan perang, melainkan bagian dari latihan militer bagi para tentara perempuan. Mereka "digodok" untuk menjadi anggota Jegertroppen atau "Pasukan Pemburu" -- sebuah unit pasukan khusus perempuan pertama di dunia.

Norwegia tergolong lebih maju dibanding Amerika Serikat dalam hal emansipasi perempuan di bidang militer. Negeri Paman Sam baru satu tahun lalu mencabut peraturan lama yang melarang tentara wanita bertugas di garis depan medan pertempuran.

Bahkan setelah larangan tersebut dihapus, tentara perempuan yang dilatih atau mendapat tugas tempur masih relatif sedikit.

Sementara itu, Norwegia telah sejak lama mendobrak batasan gender dalam dunia militer. Pada tahun 1980, parlemen negara itu memperkenalkan undang-undang yang memungkinkan perempuan menduduki seluruh posisi militer.

Tahun 2016, Norwegia tercatat sebagai anggota NATO pertama yang memperkenalkan wajib militer terhadap perempuan. Namun pengenalan unit pasukan khusus yang seluruh anggotanya wanita pada tahun 2014 semakin meningkatkan profil perempuan di dunia militer negara itu.

Unit pasukan khusus perempuan pertama di dunia ini dimulai setelah Komando Khusus Angkatan Bersenjata Norwegia melihat peningkatan kebutuhan akan tentara wanita untuk operasi khusus -- terutama di tempat seperti Afghanistan di mana pasukan laki-laki dilarang berkomunikasi dengan perempuan.

Kekurangan tentara perempuan berdampak dalam pengumpulan informasi intelijen dan pembangunan hubungan masyarakat.

"Ketika (pasukan Norwegia) dikerahkan ke Afghanistan kami melihat bahwa dibutuhkan tentara perempuan. Baik sebagai penasihat bagi unit khusus polisi Afghanistan yang kami latih, maupun ketika kami melakukan penangkapan," ujar Kolonel Frode Kristofferson, Komandan Pasukan Khusus Norwegia seperti dikutip dari Nbc News, Selasa, (18/4/2017).

"Kami membutuhkan tentara wanita untuk mengurus perempuan dan anak-anak di bangunan di mana kami melakukan operasi," imbuhnya.

Kristofferson menjelaskan keuntungan mengenai memiliki pasukan unit khusus yang seluruh anggotanya perempuan.

"Salah satu keuntungan kami memiliki unit ini adalah kami dapat memiliki program dan bidikan yang disesuaikan dengan operator perempuan," terang Kristofferson seraya menambahkan bahwa setelah mengikuti latihan selama satu tahun, tentara wanita akan memiliki kemampuan setara dengan tentara laki-laki.


Pembuktian

Salah seorang anggota unit pasukan khusus tersebut, Tonje (22) mengatakan, keberadaan satuan itu merupakan bukti bahwa perempuan dapat melakukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki, sekalipun di dunia yang didominasi kaum Adam.

"Kami membawa ransel yang sama beratnya dengan (pasukan) laki-laki. Kami melakukan tugas yang sama," ungkap Tonje.

Serangkaian tugas yang harus dilakukan tentara perempuan di Kamp Terningmoen, terletak sekitar 100 mil di Oslo utara, termasuk di antaranya terjun payung dari pesawat, ski di tundra di Arktik, menjelajahi hutan belantara, dan berperang di medan perkotaan.

Menurut Tonje, senjata, ransel, dan berbagai peralatan lainnya yang harus dibawanya ketika berjalan jauh memiliki berat lebih dari 45 kilogram.

Pasukan khusus perempuan juga menjalani latihan yang sama dengan laki-laki termasuk salah satunya terjun payung (Norwegian Special Forces)

"Saya merupakan yang paling kecil, jadi saya membawa barang-barang seberat saya membawa diri sendiri," tutur Tonje.

Untuk memenuhi syarat menjadi anggota Jegertroppen, pelamar harus berlari kurang lebih 6 kilometer dengan membawa perlengkapan militer seberat 27 kilogram di bawah waktu 52 menit. Tenggat itu hanya tiga menit kurang dari yang diharuskan pada calon tentara pria, yakni 49 menit.

Tonje yang dibesarkan di sebuah kota berpenduduk sekitar 30.000 orang itu mengatakan, ia tertarik untuk bergabung dengan layanan militer sejak masih kanak-kanak.

"Dan saya tahu saya ingin melakukan hal tersulit yang bisa saya lakukan di dunia militer. Ketika Jegertroppen datang sebagai pilihan, rasanya itu sengaja dirancang untuk saya," ungkap perempuan itu.

Kini, militer Norwegia dinilai sukses mencetak tentara perempuan pasca-tiga tahun berdirinya Jegertroppen.

"Kami memiliki mereka ketika kami membutuhkan tentara perempuan untuk ditugaskan dalam operasi di luar negeri," kata Kristofferson.

Adapun anggota Jegertroppen lainnya, Mary (20) mengatakan, ia bergabung dengan unit pasukan khusus tersebut untuk mengikuti jejak kakek dan ayahnya.

"Jika saya dibutuhkan, saya rasa itu akan menjadi sebuah kesempatan besar, baik untuk melayani negara maupun berkontribusi positif dalam sebuah lingkungan yang sangat maskulin. Dengan keterampilan yang kami dapatkan tahun ini, saya rasa kami dapat terus membangun diri dan menjadi tentara yang baik, mungkin sebaik tentara laki-laki," sebut Mary.

Kapten Ole Vidar yang memimpin program pelatihan mengatakan, bahwa para tentara perempuan tersebut sudah "siap". Bahkan dalam latihan belum lama ini, salah satu tentara wanita menembak jauh lebih baik dibanding pria di peleton elite.

Menurutnya, unit pasukan khusus perempuan ini menunjukkan rasa solidaritas yang kuat antar anggotanya.

Vidar menambahkan, meski beberapa pihak skeptis pada awalnya, namun Jegertroppen dinilainya telah meraih kesuksesan dalam waktu singkat mengingat pada tahun pertama saja terdapat 300 orang yang melamar. Belakangan, persyaratan masuk semakin diperketat.

"Para gadis yang melamar kini jauh lebih siap dari sebelumnya," ujar Vidar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya