Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta menerima banyak laporan soal adanya dugaan politik uang jelang pilkada putaran kedua ini.
Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mimah Susanti mengatakan, beragam modus dilakukan untuk menyamarkan politik uang atau money politics, mulai dari pengaturan agenda dan bentuk politik uang itu sendiri. Yang paling kuat dugaannya, kata Mimah, adalah pembagian sembako.
Advertisement
"Modus sembako yang akan didistribusikan ke warga DKI Jakarta. Di Menteng pembagian kopi. Di Klender Duren Sawit viral di medsos bagi-bagi sembako. Di Jakut, ada di Warakas sampai di Rusun Marunda," kata Mimah di kantornya, Sunter, Jakarta Utara, Selasa 18 April 2017.
Dia melanjutkan, bau menyengat dugaan politik uang juga diduga terjadi di Pulau Seribu. Dia mengaku mendapatkan laporan soal adanya pengiriman sapi ke beberapa pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Dugaan bagi-bagi sapi, kata Mimah, termasuk modus yang baru ditemukan.
"Di Pulau Tidung ada 150 paket sembako, 57 paket di Pulau Kelapa terus ada temuan 23 ekor sapi. Itu sapi sudah terdistribusi di 4 pulau," imbuh dia.
Mimah menuturkan, terkait laporan dugaan politik uang pihaknya juga sudah melakukan pemanggilan terhadap terlapor untuk dimintai keterangan dan klarifikasi. Namun, sampai sejauh ini belum ada yang mengaku bahwa sembako dan sapi itu berasal dari pihaknya.
"Penindakan dilanjutkan dengan memanggil semua pihak. Memeriksa saksi-saksi sesuai mekanisme yang ada. Tidak ada yang mengakui ini barang sembako punya siapa," ujar dia.
Mimah menegaskan, kedua pasangan yang bertarung dalam pilkada putaran kedua ini diduga terlibat. Baik itu pasangan Ahok-Djarot atau Anies-Sandi diduga telah melakukan politik uang.
"Dua-duanya diduga melakukan politik uang. Kalau laporan ya masing-masing saling melaporkan," Mimah menandaskan.
*Ikuti Quick Count Pilkada DKI Jakarta dari tiga lembaga survei di Liputan6.com pada Rabu 19 April 2017.