Liputan6.com, Palo Alto - Pernah merasa lebih mudah lupa atau merasa kecepatan berpikir sudah jauh berkurang? Mungkin sudah saatnya memanfaatkan suatu protein yang berasal dari darah dalam tali pusar bayi.
Sebelum temuan itu, para peneliti mendapati bahwa darah dari manusia remaja dapat memulihan ingatan dan kognisi pada tikus-tikus uzur, diduga karena faktor-faktor yang ada pada plasma darah. Plasma darah adalah porsi cair darah tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Sekarang, seperti dikutip dari New Scientist pada Kamis (20/4/2017), darah yang dipanen dari tali pusar bayi diketahui memiliki dampak anti-penuaan yang lebih kuat lagi.
Joseph Castellano dari Stanford University dan para rekannya mengungkapkan hal itu melalui pengumpulan darah manusia dari 3 tingkatan kehidupan, yaitu bayi, lalu orang muda berusia sekitar 22 tahun, dan kaum manula berusia sekitar 66 tahun.
Komponen plasma dari orang-orang itu diinjeksi ke dalam tikus-tikus yang usianya setara dengan usia 50-an pada manusia. Dampak paling dramatis terlihat pada tikus yang menerima plasma dari dari tali pusar bayi.
Tikus-tikus itu menjadi pembelajar yang lebih cepat dan lebih baik dalam mengingat jalan-jalan mereka dalam labirin. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan kegiatan di hippocampus, yaitu bagian otak yang bertanggungjawab urusan pembelajaran dan ingatan.
Tikus-tikus yang menerima plasma darah pemuda menunjukkan peningkatan lumayan pada fungsi hippocampus. Tapi, mereka yang menerima plasma dari manusia lanjut usia tidak menunjukkan perbaikan tersebut. Temuan itu menengarai bahwa plama darah manusia secara perlahan kehilangan potensi rejuvenasi seiring bertambahnya usia.
Zat Ajaib?
Tim Castellano menemukan bahwa plasma tali pusar mengandung lebih banyak protein atau disebut TIMP2. Protein itu kadarnya semakin menurun seiring bertambahnya usia. Hal itu bisa menjadi petunjuk bahwa protein tersebut bertanggungjawab atas sifat peremajaan oleh darah kaum muda.
Ternyata, penyuntikan TIMP2 pada tikus-tikus uzur memperkuat kegiatan hippocampus hewan-hewan itu dan memperbaiki kemampuan navigasi dalam labirin. Suntikan itu juga mengembalikan kemampuan mereka membangun sarang, padahal kemampuan itu sudah pupus pada tikus-tikus uzur.
Terlebih lagi, tikus-tikus uzur yang diberi plasma tali pusar tanpa TIMP2 tidak menunjukkan adanya perbaikan kognitif. Temuan itu membenarkan bahwa protein tersebut berperan pada dampak kuat anti-penuaan.
Belum jelas bagaimana mekanisme TIMP2 meningkatkan kognisi, tapi protein tersebut diketahui merangsang sekelompok enzim yang disebut dengan metalloproteinases matriks. Sebagian enzim tersebut terlibat dalam semakin parahnya penyakit Alzheimer.
Protein itu memiliki potensi sebagai perawatan melawan penurunan kognitif terkait usia dan penyakit Alzheimer. Penggunaan TIMP2 sebagai pengobatan lebih baik daripada penggunaan plasma darah karena TIMP2 bisa diciptakan dalam laboratorium dan tidak bergantung kepada pasokan dari donor, demikian menurut Castellano.
Advertisement
Plasma dalam klinik
Pertama-tama, kita harus mengerti apa yang dilakukan TIMP2 terhadap hippocampus, demikian menurut Colin Masters dari University of Melbourne, Australia. Menurutnya, "Jalan masih panjang sebelum bisa ditunjukan potensinya untuk penyembuhan."
Sudah ada beberapa tim yang bereksperimen dengan plasma darah. Suatu percobaan sedang dilakukan di Korea Selatan untuk menguji apakah suntikan plasma darah dari tali pusar manusia mempunyai dampak anti-penuaan pada orang-orang berusia di atas 55 tahun. Hasilnya baru akan terkumpul pada Agustus nanti.
Sementara itu, Tony Wyss-Coray, salah satu penulis laporan bersama Castellano, baru-baru ini tuntas mengamati dampak pemberian plasma manusia dewasa kepada para pasien lanjut usia pengidap Alzheimer. Hasilnya belum diterbitkan.
Castellano memperingatkan, karena injeksi plasma darah tali pusar dari donor belum tentu menjadi obat ajaib seperti dugaan. Masih ada risiko pemicu kanker pada orang lanjut usia karena faktor pertumbuhan yang ada dalam plasma tersebut.
Castellano berencana menyelidiki caranya penurunan TIMP2 berdampak kepada kemampuan kognitif dan penyakit Alzheimer's. Katanya, "Jika dan ketika TIMP2 terlihat menjanjikan sebagai terapi yang memungkinkan, tentunya akan amat menarik. Kaum lansia semakin banyak setiap tahun, dan menurut saya kita semakin perlu mencari cara membatasi dampak buruk penuaan."