Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat selama sepekan periode 13 April-21 April 2017. Penguatan IHSG didorong saham-saham unggulan.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, IHSG naik sekitar 0,85 persen secara mingguan yang didorong saham-saham unggulan dengan naik 1,3 persen. Selain itu, rilis kinerja emiten kuartal I 2017 juga menjadi sentimen positif untuk IHSG.
Saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang menjadi pendorong saham-saham unggulan. Di pasar obligasi atau surat utang, imbal hasil turun 10 basis poin (bps).Aliran dana investor asing juga masih masuk ke pasar saham dan surat utang atau obligasi.
Baca Juga
Advertisement
Dana investor asing yang masuk ke pasar saham mencapai US4 249 juta atau sekitar Rp 3,31 triliun (asumsi kurs Rp 13.317 per dolar Amerika Serikat). Di pasar obligasi, dana investor asing masuk sekitar Rp 838,97 miliar.
Ada sejumlah sentimen yang pengaruhi pasar saham antara lain dari eksternal, China mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,9 persen pada kuartal I 2017. Pertumbuhan ekonomi itu lebih tinggi dari perkiraan ekonom dan analis. Ekonomi China tumbuh didorong sektor industri, investasi properti dan pertumbuhan kredit.
Dari internal, pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada 19 April 2017 telah telah dimenangkan oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dengan perolehan suara sekitar 58 persen, berdasarkan quick count atau hitung cepat.
Kemudian, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence mengunjungi Indonesia, yang merupakan bagian dari tur Asia dalam 10 hari ini. Kunjungan Pence ini sebagai langkah penting untuk mengkonfirmasi hubungan strategis antara Amerika Serikat dan Indonesia.
Tak hanya itu, Bank Indonesia (BI) juga memutuskan menetapkan suku bunga 4,75 persen. Suku bunga 4,75 persen itu sudah berlangsung selama 7 bulan. Suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4 persen dan Lending Facility tetap sebesar 5,5 persen.
Lalu apa yang dicermati selanjutnya? Dalam pengamatan Ashmore, dengan kekalahan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok maka ada potensi perubahan dalam pemilihan presiden pada 2019.
Analis politik menilai kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Jawa Barat dan Jawa Timur yang akan datang juga kecenderungannya akan sama dengan Pilkada DKI Jakarta. Ini dapat menciptakan lonjakan ketidaknyamanan di kalangan investor pada awal 2018 dan 2019.
Selanjutnya analis politik menilai penting bagi Presiden Jokowi tetap fokus pada kebijakan pro pertumbuhan. Saat ini presiden Jokowi juga berada di puncak survei untuk pemilihan calon presiden berikutnya.
Jadi apa yang harus dilakukan sekarang? Potensi penurunan sementara menjadi peluang bagus untuk akumulasi beli baik di saham dan obligasi terutama ada momentum fundamental ekonomi dan pemulihan kinerja pendapatan perusahaan.
Kinerja keuangan emiten pada kuartal I 2017 ini pun sesusai target, bahkan berpotensi meningkat untuk ke depannya.