Liputan6.com, Paris - Kamis, 20 April 2017 malam terjadi penembakan di Paris. Seorang polisi tewas ditembak dan dua lainnya terluka di Champs-Elysees, Paris, sementara penyerang berhasil dilumpuhkan petugas.
Jaksa setempat menyebutkan pria pelaku penembakan polisi Paris itu diidentifikasi sebagai seorang mantan narapidana bernama Karim Cheurfi.
Advertisement
"Dia menggunakan senapan serbu Kalashnikov untuk membunuh petugas polisi tersebut, dengan dua peluru ke kepala," ujar jaksa Paris, Francois Molins, di ibu kota Prancis seperti dikutip dari BBC, Sabtu (22/4/2017).
Sebuah catatan yang membela kelompok teroris ISIS ditemukan di dekat jasadnya.
"Cheurfi terlibat dalam empat kasus kriminal," kata jaksa penuntut.
"Pembunuh tersebut telah berbicara tentang keinginan untuk membunuh petugas polisi, tapi ia tak memiliki kaitan nyata dengan radikalisme," ujar Molins.
Kandidat dalam pemilihan presiden hari Minggu kemudian dituduh mengeksploitasi penembakan polisi Paris secara politis. Saat serangan terjadi pada Jumat, itu merupakan hari terakhir kampanye.
Latar Belakang Penembak Polisi Paris
Jaksa Molins menuturkan sejumlah benda diamankan saat penggeledahan rumah Cheurfi.
"Cheurfi ditangkap dan rumahnya pernah digeledah pada Februari dalam penyelidikan atas laporan pengakuannya untuk membunuh polisi dan mendapatkan senjata," ujar Molins.
Pisau berburu, masker, dan kamera GoPro ditemukan di rumahnya. Namun, benda-benda tersebut tak dianggap sebagai bukti kuat yang mendukung niat membunuhnya.
"Pada tahap itu, tidak ada hubungan dengan gerakan radikal. Tidak ada yang bisa digunakan untuk menentukan keterlibatannya dengan hal itu untuk diselidiki lebih lanjut oleh pengadilan," jelas jaksa Paris tersebut.
Cheurfi lahir pada malam tahun baru tahun 1977 di pinggiran Livry-Gargan di timur laut Paris. Ia dipenjara empat kali karena percobaan pembunuhan, kekerasan, dan pencurian.
Pada bulan April 2001, saat mengemudikan mobil curian, dia menembaki dan melukai dua orang yang telah mengejarnya. Salah satunya adalah petugas polisi berpakaian preman.
Dia terakhir di penjara pada Oktober 2015 dan tinggal di pinggiran timur Chelles.
Pengacaranya menggambarkan bahwa Cheurfi merupakan sosok rapuh secara psikologis. Tetangga di Chelles mengatakan Cheurfi tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada agama.
Tiga anggota keluarga Cheurfi kemudian diamankan untuk diinterogasi lebih lanjut.