Liputan6.com, Bengkulu Kalangan praktisi kegiatan alam Bengkulu berduka. Esti Ambaratsari (44) salah seorang pemegang lisensi pemandu arung jeram atau Skyper tewas saat memandu perahu karet bersama enam orang mahasiswa pecinta alam Magupala Universitas Negeri Bengkulu.
Perahu karet yang dikawal Esti yang juga tercatat sebagai dosen Bahasa Inggris Universitas Bengkulu itu terbalik di aliran sungai anak Musi Kecamatan Tebat Karai, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu pada Sabtu, 22 April 2017, pukul 16.00 WIB. Saat itu perahu melewati jeram deras setelah setengah jam perjalanan menuju Desa Embong Ijuk Kecamatan Bermani Hilir.
Korban bersama enam orang mahasiswa Novandi, Roni Hendra, Sella Ramadanu, Jovi Handijaya, Citra, dan Yhenti tercebur ke dalam air setelah perahu lepas kendali. Satu persatu mahasiswa menepi sambil berenang dengan jaket pelampung dan helm lengkap. Sayangnya Esti sang dosen yang menjadi pembina kelompok pecinta alam kampu itu tidak muncul.
Baca Juga
Advertisement
Setelah ditunggu beberapa saat, korban tidak muncul dan mulai dilakukan pencarian. Meskipun hari mulai gelap, upaya pencarian terus dilakukan. Korban baru bisa diketemukan dalam kondisi tersangkut kayu setelah 17 jam pencaian atau pada Minggu (23/4/2017) pukul 9.00 Wib.
"TKP aliran anak Sungai Musi tepatnya di Desa Kota Agung pada cluster yang tidak jauh dari kantir Camat Tebat Karai," kata Kapolres Kepahiang AKBP Ady Savart PS di Kepahiang, Minggu (23/4/2017).
Korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa pada jarak 1 kilometer dari titik perahu terbalik. Usai dilakukan evakuasi, jenazah korban langsung dibawa ke rumah duka Jalan Sungai Rupat Kelurahan Pagar Dewa Kota Bengkulu untuk dimakamkan.
Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Bengkulu Sudhawan Danim mengatakan, kegiatan yang dilakukan oleh para mahasiswa itu merupakan kegiatan ekstra kampus dan pihaknya sangat yakin, korban memiliki keahlian di bidang arung jeram.
"Ini musibah, kita ambil hikmahnya dan tolong doakan yang terbaik untuk almarhumah," ujar Sudharwan.