FAJI Bengkulu Sesalkan Arung Jeram Berujung Maut

Dosen Bahasa Inggris, Universitas Negeri Bengkulu saat melakukan tewas saat rafting di sungai anak Musi.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 23 Apr 2017, 22:01 WIB
Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Bengkulu menyesalkan peristiwa yang merenggut naya salah seorang dosen Universitas Bengkulu saat menjadi pemandu arung jeram (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Bengkulu - Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Bengkulu menyesalkan insiden meninggalnya Esti Ambaratsari, dosen Bahasa Inggris, Universitas Negeri Bengkulu saat melakukan rafting atau arung jeram di sungai anak Musi Kabupaten Kepahiang. 

Korban merupakan aset pegiat olah raga ini.  Sebab tidak sembarang orang bisa menjadi pemandu atau skyper perahu karet.

Sekretaris FAJI Bengkulu Arie Saputra Wijaya mengaku kaget dengan peristiwa ini. Sebab secara kelembagaan mereka tidak mendapat informasi bahwa ada kegiatan rafting yang dilakukan oleh para mahasiswa pecinta alam FKIP Unib yang tergabung dalam Magupala pada Sabtu sore tersebut.

"Kami mendapat informasi dari media sosial dan menyayangkan peristiwa ini terjadi," ujar Arie di Bengkulu, Minggu (23/4/2017).

Terlepas dari siapapun dan kelompok manapun yang melakukan olahraga arung jeram, kata Arie, seharusnya melihat kondisi alam saat itu. Informasi yang diterimanya bahwa saat kejadian, debit air mendadak naik sehingga perahu karet yang sedang dalam perjalanan tidak bisa dikendalikan.

"Ini olahraga berat, harus memahami manajemen safety procedure, resikonya sangat besar, semua kemungkinan harus dihitung," lanjutnya.

FAJI Bengkulu sendiri ikut merasa kehilangan dan berbela sungkawa, tetapi kejadian ini diharapkan menjadi yang terakhir kali. Semua pihak yang tertarik melakukan olahraga arung jeram sebaiknya mempelajari Standar Operastional Procedure (SOP) yang sudah ada untuk mengejar zero accident dalam berolahraga.

Salah seorang mahasiswa pecinta alam Universitas Bengkulu, Anggi Noverdo, meminta kepada FAJI Bengkulu supaya bisa memberikan pelatihan dasar serta membuat buku panduan. Sebab antusiasme para mahasiswa terhadap olahraga ini sangat besar dan perlu bimbingan secara serius.

"FAJI sebagai organisasi induk jangan hanya diam saja, ajari kami dan bimbing kami, apal yang harus kami lakukan sebelum terjun ke air," kata Anggi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya