Liputan6.com, Depok - Pondok Pesantren Al Hikam menggelar acara mengenang 40 hari wafatnya KH Hasyim Muzadi di Depok, Jawa Barat. Salah satu dari acara tersebut adalah bedah buku tentang sosok mantan ketua Umum PBNU tersebut.
Pemikiran dan perjuangan Hasyim Muzadi dituangkan beberapa penulis di antaranya Sofiuddin. Salah satunya yang ditulis adalah sebuah buku berjudul "Dakwah Bil-Hikmah, Reaktualisasi Ajaran Wali Songo."
Advertisement
Sofiuddin dalam bedah buku tersebut menjelaskan, Hasyim Muzadi dari berbagai macam aspek.
Dari segi pemikiran, Hasyim Muzadi adalah orang yang piawai dalam berlogika. Hasyim Muzadi banyak melihat realitas yang kemudian direnungkan secara mendalam. Lalu, dikombinasikan dengan kaidah-kaidah, sehingga menghasilkan refleksi pemikiran.
"Berarti refleksi pemikiran beliau selalu berasal dari proses perenungan yang sangat mendalam," ujar dia.
Hasyim Muzadi bakal mencari titik temu ketika ada sebuah perbedaan antara norma dan realita. Seringkali Hasyim Muzadi menyatakan antara apa yang ada di dalam Al quran dengan realitas jangan dibenturkan, karena Al quran bisa jadi bicara tentang realita.
"Contoh yang disajikan beliau di antaranya yaitu di dalam Al quran tentang kisah kaum Nabi Lut, terus realitasnya banyak yang nikah sesama jenis. Ironisnya adalah banyak para pemikir genit atau aktivis genit yang berusaha melegalkan realitas tersebut dengan tanpa mengindahkan apa yang sudah dijelaskan dalam Al quran. Mereka mencarikan penafsiran akal-akalan. Membuat suatu rasionalisasi dan argumentasi agar keliatan boleh menurut Al quran. Ini sebetulnya adalah perbuatan yang sudah membenturkan antara apa yang ada di dalam Al quran dengan realitas," papar dia.
Dari segi logika, sering kali gaya logika yang dipakai Hasyim Muzadi adalah logika paradoks. Yakni, ketika ada dua hal yang bertentangan maka Hasyim Muzadi mencarikan titik temunya untuk dikompromikan.
"Contohnya idelologi khilafah Islamiyah versi HTI VS Ideologi negara kita yaitu NKRI," ucap dia.
Dua hal yang bertentangan ini dicarikan titik temunya melalui pemaknaan Pancasila secara mendalam, sehingga melahirkan kaidah dan refleksi pemikiran negara melindungi agama dan agama memperkuat negara.
Pancasila bukan agama, tetapi tidak bertentangan dengan agama. Pancasila bukan jalan, tetapi menjadi titik temu antara banyak perbedaan jalan.
"Beda agama, suku, budaya dan bahasa hanya Pancasilalah yang bisa menyatukan perbedaan tersebut," terang dia.
Dari segi ta'birul ayat, Hasyim Muzadi mampu mengotekstualkan dengan bidang tertentu seperti hukum positif. Hasyim Muzadi mampu menemukan ide dari Surat Al Baqarah 22.
"(Allah) Dzat yang sudah menjadikan bumi sebagai hamparan, ditafsirkan oleh beliau bahwa aturan itu akan bisa tegak ketika sudah disiapkan terlebih dahulu platform-nya dari aturan itu. Hamparan diartikan sebagai platform," ujar dia.
"Platform yang ditawarkan oleh beliau yaitu rabbaniyah, insaniyah, al-adalah al-ijtima'iyyah. Platform yang tidak berorientasi pada rabbaniyah maka hukumnya hanya akan menjadi pembela kepentingan kelompok orang saja atau orang yang punya duit saja yang bisa memanfaatkan hukum," sambung dia.
Dari segi perjuangan, Hasyim Muzadi adalah pribadi yang menarik. Beliau bergerak secara konsisten menjadikan Islam yang universal, Islam yang rahmatan lil alamin, Islam yang bersahaja.
"Tidak memunculkan kesan Islam yang keras, ketat hukum dan sulit untuk melaksanakan syariatnya. Sebetulnya pemikiran dan perjuangan beliau (Hasyim Muzadi) mengadopsi dakwah bi al-hikmah ala Wali Songo sebagai reaktualisasi ajaran Islam rahmatan lil alamin," tutup dia.