Liputan6.com, Jakarta - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) memastikan 150 ribu buruh bakal menggelar aksi di depan istana, untuk merayakan Hari Buruh atau May Day 2017 yang jatuh pada 1 Mei.
Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan, kaum buruh yang memperingati May Day 2017 berasal dari daerah Jabodetabek, Karawang, Purwakarta, Serang, dan Cilegon akan memusatkan aksinya di Istana Negara.
"Dipastikan peringatan May Day 2017, tepatnya 1 Mei akan diperingati buruh dengan menggelar aksi," kata Said, di Jakarta, Senin (24/4/2017).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Said, buruh akan berjalan kaki (longmarch) dari berbagai penjuru Kota Jakarta menuju patung kuda yang dijadikan titik kumpul para buruh. Setelah itu, secara bersama-sama lebih dari 150 ribu buruh longmarch ke Istana. Mereka tiba di Istana diperkirakan sekitar pukul 12.00 WIB.
"Ada yang dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) longmarch ke Istana, ada juga yang dimulai Salemba longmarch ke Istana, dan ada juga yang dimulai dari Cempaka Putih longmarch ke Istana," papar Said.
Di Istana, buruh akan berorasi hingga pukul 19.00 WIB. Ada beberapa hal yang mejadi tuntutan, yaitu penghapusan outsourcing dan pemagangan, pemberian jaminan sosial, serta tolak upah murah.
Said mengungkapkan, hal itu menjadi tuntutan karena buruh merasakan kesenjangan ekonomi dan pendapatan semakin melebar. Hal tersebut dapat dilihat dari angka gini rasio menurut World Bank 0,42.
Bahkan OXFAM yang merupakan salah satu lembaga riset internasional yang berbasis di Inggris merilis pernyataan bahwa jumlah kekayaan 4 orang kaya di Indonesia setara dengan jumlah kekayaan 100 juta penduduk Indonesia.
Menurutnya, beberapa faktor penyebab kesenjangan pendapatan ini karena penetapan kebijakan upah murah. Sebagai contoh, pada 2017 kenaikan upah minimum berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 berkisar Rp 130 ribu-260 ribu. Nilai ini bila dikonversikan ke dalam dolar Amerika Serikat adalah US$ 10-20.
“Nilai US$ 1-20 adalah seharga satu buah kebab yang kita beli di Jenewa atau Singapura. Ini artinya, pemerintah menilai kerja keras dan keringat kaum buruh selama sebulan kenaikan upahnya hanya dihargai satu buah kebab,” ungkap Said.
Upah yang murah ini diperparah dengan diresmikannya sistem pemagangan di Karawang. Buruh menilai, pemagangan ini sesungguhnya adalah sistem outsourcing yang berkedok pemagangan. Jika hal ini dibiarkan, kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial makin parah.
Hal lain, untuk jaminan hari tua pun kaum buruh masih tetap dimiskinkan dengan PP No 45 Tahun 2015 yang menyatakan 15 tahun ke depan dari sekarang para buruh hanya mendapatkan dana pensiun senilai Rp 300 ribu atau US$ 25 per bulan.
“Inilah sebabnya dalam May Day nanti setengah juta buruh bergerak untuk meneriakkan itu," ungkapnya Said.