Liputan6.com, Jakarta Berjalan kaki, baik di atas treadmill maupun di alam terbuka, tak sekadar menyehatkan jantung dan tulang tapi juga fungsi otak kita. Sehingga orang yang gemar jalan kaki mampu berpikir baik dan kreatif.
Menurut Pakar dari Stanford University yang sempat melakukan sebuah studi terkait jalan kaki pada 2014, Michelangelo, semua ini berkaitan dengan jantung dan kelenjar keringat yang bekerja optimal selama seseorang melakukan latihan--apa pun jenisnya--yang efeknya dapat meningkatkan ukuran hippocampus.
Baca Juga
Advertisement
Hippocampus adalah area di otak yang terlibat dalam memori verbal dan pembelajaran. Hal ini untuk menguatkan bukti bahwa berjalan kaki dapat mengurangi penurunan kognitif yang terkait dengan usia seiring otak yang terus menyusut.
Satu tahun kemudian, sebuah penelitian diterbitkan oleh peneliti dari Australia menemukan berjalan kaki mengurangi risiko kematian dini.
Orang-orang yang diminta melakukan 1.000 langkah sehari dan 10.000 langkah dalam tujuh hari, risiko mengalami kematian dini berkurang sebesar 12 persen.
Bahkan, seperti dikutip dari situs Daily Mail, Selasa (25/4/2017), seorang perokok dan obesitas yang rutin berjalan kaki secara perlahan dapat mengurangi kebiasaan buruknya tersebut.
Dikarenakan tidak semua orang mampu berjalan kaki 10.000 dalam seminggu, 3.000 langkah saja sudah cukup baik daripada tidak bergerak sama sekali.