Liputan6.com, Jakarta - Smartphone premium Samsung yang terbaru, Galaxy S8 hadir dengan sederetan inovasi yang membuatnya dibanderol lebih dari Rp 10 juta. Rupanya, di balik harga jual yang begitu mahal, ongkos pembuatan Galaxy S8 jauh lebih rendah dibandingkan harga jualnya.
Mengutip Trusted Review, Selasa (25/4/2017), sebuah perusahaan riset yang berbasis di London IHS Markit melakukan riset terhadap Galaxy S8 besutan Samsung. Hasil riset itu cukup mencengangkan.
Seorang analis IHS Markit mengestimasi biaya komponen yang digunakan Samsung untuk ponsel berpemindai wajah itu sekitar US$ 301 atau setara Rp 4,01 jutaan.
Baca Juga
Advertisement
Sementara, biaya perakitan Galaxy S8 sekitar US$ 5,9 atau setara Rp 78 ribu saja. Jika dihitung, total biaya untuk memproduksi satu unit Galaxy S8 diestimasikan hanya US$ 307,5 atau sekitar Rp 4,1 jutaan belum termasuk dengan biaya lain-lain.
Angka ini US$ 43 atau Rp 573 ribu lebih murah bila dibandingkan dengan biaya produksi satu unit Galaxy S7 tahun lalu.
Selain itu, analis juga mengestimasi biaya produksi satu unit Galaxy S8 lebih murah dibandingkan biaya produksi iPhone 7 yang sebesar US$ 224,8 (Rp 3 jutaan) maupun biaya produksi Google Pixel yang besarnya hanya US$ 285,8 atau Rp 3,8 jutaan.
Andrew Rassweiler, Senior Director of Cost Benchmarking Services IHS Markit mengatakan, biaya komponen dan produksi Galaxy S8 yang lebih tinggi mencerminkan adanya perlombaan fitur-fitur baru pada masing-masing ponsel tersebut. Hal ini disebabkan karena masing-masing produsen smartphone menambahkan hardware dan fitur baru yang membuatnya berbeda dengan milik kompetitor.
Nah, kemungkinan besar, fitur-fitur ekstra itulah yang membuat biaya produksi Galaxy S8 lebih mahal dibanding kompetitornya.
"Meskipun ada fitur non-hardware baru pada Galaxy S8 seperti asisten virtual Bixby, jika dilihat dari aspek teardown, hardware yang dipakai pada Galaxy S8 dan iPhone yang akan datang diperkirakan memiliki berbagai kemiripan," tutur Rassweiler.
(Tin/Cas)