Liputan6.com, Batam - Suasana pagi yang diselimuti awan mendung mengiringi langkah rombongan debus, kesenian bela diri dari Banten. Para pemain debus yang mengenakan pengikat kepala dan baju berwarna serupa berangkat dengan perahu dari Batam, Kepulauan Riau (Kepri), menuju Pulau Belakangpadang atau disebut pula Pulau Penawar Rindu.
Sekitar 20 menit berlayar dari Pelabuhan Rakyat Sekupang, Batam, rombongan pemain debus akhirnya sampai di tempat tujuan. Mereka pun disambut dengan antusias oleh masyarakat Pulau Penawar Rindu.
Irama musik pencak silat khas Tatar Pasundan pun mulai mengalun, penanda pertunjukan debus akan dimulai.
"Mohon izin sebelumnya kepada sesepuh dan tokoh ulama serta masyarakat di sini (Pulau penawar Rindu) melestarikan adat budaya leluhur," ucap Abah Yusa Budiman selaku pendiri Sanggar Seni Budaya Banten dan Teater Bocah Banten (Boban) Kesenian Debus di Batam, sebelum memulai ritual doa, Minggu, 23 April 2017.
Baca Juga
Advertisement
Ia menjelaskan kepada hadirin bahwa debus merupakan seni budaya Sunda dari Provinsi Banten yang menggambarkan syiar penyebaran budaya dengan nilai Islam, bukan hanya untuk pamer kesombongan.
"Seni debus menggambarkan kekuatan Sang Pencipta (Tuhan) yang terdapat dalam diri, tentang sebuah keyakinan," tutur Abah Yusa.
Menurut dia, segala sesuatu itu tidak ada yang mustahil jika Sang Pencipta sudah menghendaki pasti akan terjadi. Bila berbicara tentang budaya, imbuh dia, setiap suku memiliki hal serupa seperti di daerah lainnya.
"Pertunjukan debus merupakan syiar Islam yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur. Biar tidak punah tergerus zaman, kita harus melestarikannya," ia menjelaskan.
Atraksi debus yang mengundang decak kagum para penonton seperti menusuk perut dengan tombak, mengiris anggota tubuh dengan golok, memakan api, dan memasukkan jarum kawat ke pipi sampai tembus tanpa mengeluarkan darah.
Termasuk, atraksi mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah, tapi dapat disembuhkan seketika itu juga hanya dengan mengusapnya. Selain itu juga ada atraksi menggoreng kerupuk atau telur di atas kepala, serta menaiki tangga yang disusun dari golok yang sangat tajam.
Akulturasi di Kepri
Adapun Sekretaris Paguyuban Pasundan Batam Andri Nurahman mengatakan, keanekaragaman dan paduan budaya (akulturasi) di Kepri, khususnya Batam menjadi nuansa budaya baru yang menjadi magnet bagi para wisatawan mancanegara.
Ia mengaku setiap akhir tahun selalu mendapat undangan dari Kedutaan Besar Singapura dan Kementerian Pariwisata Malaysia. "Kita tentu tetap mengangkat budaya lokal. Di mana langit dipijak, di situ langit dijunjung."
Andri pun menilai kebudayaan Melayu bagi warga Jawa Barat dan Banten sudah tidak lagi dipisahkan, melainkan sudah menjadi kesatuan. "Nanti ke depan kami akan mencoba melakukan perpaduan seni Melayu dan Sunda, baik dari Banten maupun Jawa Barat."
Paguyuban Pasundan Batam itu mengatakan pula, perpaduan tersebut akan tercipta dalam nuansa seni yang harmoni dan unik. Perpaduan dua budaya tersebut akan terintegrasi dalam sebuah karya seni seperti nyanyian, tarian, dan teatrikal. Misalnya, irama Melayu dengan lagu Sunda.