Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte gigit jari. Cita-citanya untuk merestorasi kembali hukuman mati yang sudah dihapuskan akhirnya kandas.
Kepastian ini disampaikan Pemimpin Minoritas Senat Filipina, Franklin Drilon. Ia mengatakan, 13 orang senator menentang undang-undang hukuman mati kembali dibangkitkan.
"Dari perhitungan saya, sudah ada 13 senator yang akan menghalangi undang-undang hukuman mati, ini termasuk enam anggota kelompok minoritas dan tujuh dari kelompok mayoritas," ucap Drilon, seperti dikutip dari Inquirer, Rabu (26/4/2017).
"Kesempatan untuk membangkitkan kembali UU ini sudah mati," sambung dia.
Drilon mengatakan, senat akan berjuang keras agar hukuman mati tidak kembali hidup di Filipina. Ia meyakini, eksekusi sama sekali tidak bisa menurunkan tindak kejahatan.
"Kami percaya, hukuman mati tidak akan pernah efektif untuk melawan kriminal," sebutnya.
Baca Juga
Advertisement
"Ini juga akan merugikan warga miskin mereka bisa korban hukuman yang kejam dan tidak manusiawi karena ketidak efesiennya sistem peradilan kita," kata dia.
Saat terpilih Presiden Filipina, Rodrigo Duterte membuat pernyataan mengejutkan. Dia mengatakan siap menghidupkan kembali hukuman mati di negaranya.
"Saya akan mendesak kongres untuk membangkitkan kembali hukuman mati," sebut Duterte di Kota Davao, seperti dikutip dari Time, Senin (16/5/2016).
Dia menyebut, hukuman akan diberikan terutama pada kejahatan narkotika. Hukuman mati tersebut jika disahkan berupa hukum gantung.
"Nantinya akan berupa hukuman gantung, khususnya bagi pelaku kejahatan narkotika," jelas dia.
Duterte dikenal luas atas kesuksesannya menjadi wali kota Davao City. Selama 22 tahun ia menjadi wali kota, ia berhasil mengubah dari citra Davao dari 'zona perang' jadi kota ke-4 teraman di dunia
Meski berhasil berhasil mengubah Davao, Duterte dikenal sebagai sasaran empuk kritik dari aktivis HAM Filipina. Dia dituduh memperkerjakan penembak misterius untuk membasmi para penjahat.