Liputan6.com, Cirebon - Dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), peserta dari luar negeri turut berbagi pengalaman mereka berjuang menyelamatkan perempuan dan anak-anak agar tidak terdoktrin kelompok ekstrimis mengatasnamakan jihad.
Salah satunya Bushra Hyder, aktivis perempuan asal Pakistan yang selama 12 tahun berjuang bersama PAIMAN Alumni Trust Pakistan. Organisasi ini mulai bergerilya memberikan penyadaran kepada masyarakat khususnya perempuan dan anak agar tidak ikut gerakan jihad berkedok agama.
Advertisement
"Sekitar 10-12 tahun lalu saat maraknya bom dan naiknya ekstremis di Pakistan kami saat itu juga berjuang menyadarkan perempuan Pakistan untuk tidak mendorong anak-anak mereka ikut berjihad," sebut Hyyder kepada Liputan6.com, Rabu (26/4/2017).
Dia bersama organisasi lain yang memiliki kesamaan visi misi kedamaian, terus berjuang memerangi doktrin-doktrin agama yang dianggap menyimpang. Menjadi ekstremis, kata dia, bukan tujuan utama masyarakat Pakistan dalam kehidupan sehari-harinya.
Gerakan PAIMAN Alumni Trust Pakistan mencegah doktrinasi ekstrimis Islam cukup panjang dan membutuhkan proses. Khususnya, masyarakat Pakistan di daerah terpencil, dia mengatakan, kebanyakan orang terutama perempuan kurang mendapat pendidikan formal maupun Islam secara utuh.
"Banyak ulama yang keliru menafirkan kitab suci dan menyebarkan lewat radio yang mendorong orang lain untuk jihad," lanjut Hyder
Kesalahan para militan menafsirkan Islam dan Alquran diperkuat dengan gencarnya doktrin di berbagai media, membuat kaum perempuan mendorong anak laki-laki mereka untuk ikut berjihad. Tidak sedikit kaum perempuan yang sudah terkena doktrin membantu para ekstremis mengumpulkan dana sebagai upaya mendukung perlawanan.
Pendekatan Personal
Bushra bersama aktivis lain di Pakistan mengaku selalu bergerilya melawan doktrin jihad dengan pendekatan personal. Membawa pesan damai dan toleransi antar umat beragama, perempuan Pakistan diberi pelatihan dan diskusi mengenai pentingnya keberagaman dan alasan yang tepat jika ingin berjihad.
"Hampir semua warga Pakistan membaca Alquran tapi tidak paham arti dan maknanya. Kami bekerja di semua wilayah pakistan, khususnya di perbatasan antara Afganistan dan Pakistan," bebernya.
Hyder mengungkapkan, dalam upaya mencetak ekstremis baru, mereka menyamar menjadi tokoh agama atau ulama. Namun, memberi doktrin provokatif baik personal maupun lewat radio sehingga mendorong untuk berjihad.
Upaya tersebut, mendapat perhatian serius organisasi pembawa perdamaian di Pakistan. Bersama aktivis lain yang, Bushra melakukan pendekatan personal kepada masyarakat khususnya kaum perempuan. "Kami lihat-lihat mana perempuan yang bisa kami dekati kami ajak dialog dan meluruskan pemahaman yang keliru tentang jihad karena yang utama adalah anak-anak mereka agar tidak ikut Jihad. Perempuan yang berhasil kami rangkul kebanyakan mereka juga membentuk gerakan lagi dengan misi yang sama meluruskan pemahaman yang keliru soal Islam dan Jihad," ungkap dia.
Anak-anak yang berpotensi menjadi ekstremis baru adalah berusia 14 sampai 25 tahun. Dia menjelaskan, di usia 14-25 tahun, militan lebih mudah mendoktrin dan mencuci otak mereka untuk dijadikan pemberontak baru atas nama jihad.
Sementara itu, gerakan damai yang dibawa aktivis Pakistan bukan hanya di tingkatan masyarakat. Para aktivis juga mendorong pesan damai dan keberagaman di tingkat universitas dan sekolah formal. "Sudah lebih dari 1000 anak dan ibu-ibu kami berikan pelatihan atau training tentang Islam, kesetaraan dan pesan damai. Hampir 3.000 mahasiswa di Pakistan juga kami diberi pelatihan yang sama agar minimal mereka tidak menjadi jihadis baru," tutur Hyder.
Pesan damai yang digalakan aktivis dan organisasi di Pakistan juga berhasil masuk ke sekolah. Para guru sekolah diberikan pelatihan dan pemahaman tentang keberagaman dan kedamaian untuk disampaikan kepada anak-anak. "Pesan kedamaian juga menjadi bagian dari kurikulum belajar mengajar di sekolah Pakistan. Kami berharap perjuangan panjang kami tidak sia-sia," harap dia.
Sejauh ini, kata dia, organisasi kedamaian di Pakistan selalu berkoordinasi dan mengelar pertemuan. Pertemuan tersebut untuk membangun dialog interaktif dengan berbagai tokoh lintas agama yang ada di Pakistan maupun di luar Pakistan. "Saya juga akan membawa hasil kongres ini ke Pakistan untuk bertemu dengan tokoh lintas agama membawa pesan keberagaman dan kedamaian untuk Pakistan," ujar dia.