Liputan6.com, Jakarta - Pecinta film superhero saat ini tengah dipuaskan oleh Guardians of the Galaxy Vol. 2. Sekuel film yang disebut sebagai opera angkasanya Marvel ini, ditampilkan dengan penuh warna, humor, serta adegan laga yang lebih banyak dibandingkan film pertama.
Menelusuri kisahnya, Guardians of the Galaxy Vol. 2 kembali berpusat pada Peter Quill (Chris Pratt) dan para Guardians. Mereka kembali melanjutkan petualangan menjelajahi luar angkasa di bagian terluar dari kosmos dengan menjalankan misi dari kaum Sovereign.
Baca Juga
Advertisement
Kali ini, persahabatan dalam tim Guardians of the Galaxy akan diuji saat mereka secara tak sengaja mengungkap misteri ayah dari Peter Quill. Tim Guardians juga harus berhadapan musuh baru, musuh lama, serta musuh-musuh tak terduga yang mewarnai perjalanan mereka.
Karakter dari film pertama yang kembali tampil di sini adalah Peter Quill / Star-Lord (Chris Pratt), Gamora (Zoe Saldana), Drax (Dave Bautista), Baby Groot (Vin Diesel), Rocket (Bradley Cooper), Yondu (Michael Rooker), Nebula (Karen Gillan), dan Kraglin (Sean Gunn).
Di sini, kita diperkenalkan oleh karakter-karakter yang belum ada di film sebelumnya seperti Mantis (Pom Klementieff), Ayesha (Elizabeth Debicki), Taserface (Chris Sullivan), Stakar (Sylvester Stallone), dan Ego (Kurt Russell).
Sebagai sebuah film, tentunya Guardians of the Galaxy Vol. 2 memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Film ini juga terbilang unik dari segi musik serta humor yang banyak mengambil referensi dari hal-hal populer di era 1980-an dan sebelumnya.
Opera Angkasa yang Komplit
Tentu tak salah jika kita menganggap Guardians of the Galaxy Vol. 2 sebagai salah satu film opera angkasa yang mampu disejajarkan dengan Star Wars maupun Star Trek. Ditambah lagi, film ini tak hanya dijejali oleh humor, namun juga lagu-lagu lawas era 1960 hingga 1970-an yang menjadi pengiringnya.
Dari situlah sutradara James Gunn teruji sebagai sosok yang jenius dalam pemilihan lagu. "Mr. Blue Sky" milik Electric Light Orchestra yang menjadi pembuka film ini sangat selaras dalam mengiringi tingkah kocak Baby Groot di tengah pertempuran rekan-rekannya.
Sementara elemen laga dalam Guardians of the Galaxy Vol. 2 ditampilkan dengan konsep yang sangat unik, termasuk soal visual dan teknik bertarung. Adegan laga dalam film ini sendiri, lebih banyak menawarkan pertempuran baku tembak ketimbang pertarungan dengan baku hantam.
Akting para pemain di beberapa momen drama juga patut diperhitungkan. Pendalaman karakter melalui dialog-dialog tajam dengan bumbu humor maupun haru, dibawakan dengan sangat baik, membuat kita merasa dekat dengan setiap karakter.
Seperti halnya film pertama, Guardians of the Galaxy Vol. 2 juga melimpah dengan humor yang membuat kita terbahak-bahak. Banyaknya referensi dari beberapa film, budaya pop, hingga ejekan fisik yang disampaikan beberapa karakter terasa sangat kocak. Misalnya saja ketika Drax bertemu Mantis atau ketika ras hewan Rocket menjadi bahan gunjingan.
Film ini juga terasa lebih ringan ketimbang seri pertama, meskipun konfliknya berganti-ganti. Namun, justru hal itulah yang membuat film ini tak terasa monoton. Banyaknya karakter juga menjadikan Guardians of the Galaxy Vol. 2 terasa ramai. Barangkali itu juga disebabkan karena watak karakter antagonis film kedua ini tak dibuat mengerikan layaknya Ronan pada film pertama.
Cameo beberapa aktor dan aktris seperti Ving Rhames yang kita kenal di film-film Mission: Impossible, aktris laga Asia Michelle Yeoh, suara Miley Cyrus, sampai Michael Rosenbaum yang dikenal sebagai Lex Luthor di Smallville juga benar-benar ada. Lima buah adegan bonuh post-credit, credit title yang unik, penampilan Sylvester Stallone, serta cameo David Hasselhoff, makin membuat Guardians of the Galaxy Vol. 2 terasa sangat berbeda dan luar biasa.
Advertisement
Terlalu Mengaduk Perasaan
Meskipun banyak menyajikan adegan laga, namun beberapa momen tersebut terasa digambarkan kurang baik. Misalnya saja emosi Star-Lord yang sejak awal menaruh hati kepada Gamora, kurang kuat ketika nyawa pujaan hatinya itu terancam.
Efek khusus memang masih menjadi andalan waralaba ini. Namun, beberapa desain yang menggunakan efek tersebut juga kurang orisinal. Beruntung hal itu terselamatkan oleh bumbu horor serta momen mencengangkan yang disertakan dalam film ini. Bagi yang sudah banyak menonton film jenis ini, beberapa desain mungkin terasa cukup menyebalkan.
Skenario yang ditawarkan juga mudah ditebak, terutama bagi fans berat yang sudah membaca komik-komik superhero Marvel. Hubungan saudara antara Nebula dan Gamora yang berubah drastis di film ini terasa membingungkan. Dialognya pun sulit dicerna.
Film ini juga bisa dianggap sebagai filler belaka, atau pengisi jeda kosong di waralaba Marvel Cinematic Universe. Sehingga, andai tak dibuat pun tak terlalu mengganggu, karena temanya hanya mengangkat pendalaman karakter serta sisi lain dari galaksi dalam kisah ini. Momen mengharukan yang dimunculkan pun sebetulnya bisa diceritakan secara verbal.
Ditambah lagi, beberapa antagonis dalam film ini dirasa terlalu dilemahkan karena penyelesaiannya benar-benar mulus dan cepat.
Satu hal lain yang membuat Guardians of the Galaxy Vol. 2 kurang sempurna, adalah film ini terlalu sering mencampurkan elemen humor dalam adegan serius dan menggugah. Ini sebenarnya bukan satu hal yang salah.
Namun masalahnya, saat datang adegan haru yang diniatkan untuk mengguncang emosi penonton, film ini justru gagal melakukannya karena penonton keburu sudah mati rasa.