Liputan6.com, Kairo - Paus Fransiskus berkunjung ke Mesir yang masih terkoyak oleh teror. Pemimpin Takhta Suci Vatikan itu berniat datang sebagai pembawa pesan damai atas undangan Syekh Ahmed al-Tayeb, Imam Besar Al Azhar.
Seperti dikutip dari BBC, Sabtu (29/4/2017), Paus datang ketika pemeluk Kristen Koptik Mesir menghadapi meningkatnya ancaman dari kelompok ekstremis, khususnya ISIS.
Kedatangan Paus Fransiskus hanya berselang tiga pekan sejak serangan bom bunuh diri ditujukan ke dua gereja koptik: Gereja Mar Girgis di Tanta dan Gereja Saint Mark di Alexandria, yang menewaskan 45 orang pada 9 April 2017.
Di Kairo, pemimpin 1,3 miliar umat Katolik itu mengunjungi gereja yang juga pernah menjadi lokasi pengeboman pada Desember 2016: Gereja Saint Peter dan Saint Paul.
Di rumah ibadah tersebut, Paus asal Argentina itu menghadiri misa bersama pemimpin Kristen Koptik Paus Tawadros II atau Paus Theodoros II dari Alexandria.
Baca Juga
Advertisement
Sementara, dalam pidatonya di Al-Azhar University, Paus menyerukan agar para pemimpin umat beragama melaksanakan tanggung jawabnya, menguak kedok kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan.
Para pemuka agama juga diimbau menyampaikan pesan perdamaian dan toleransi.
"Sebagai pemimpin umat, adalah panggilan bagi kita untuk menguak kekerasan berkedok sesuatu yang suci," kata Paus Fransiskus, disambut tepuk tangan meriah hadirin, seperti dikutip dari CBS News.
"Marilah kita mengatakan sekali lagi, dengan tegas dan jelas, tidak untuk setiap kekerasan, pembalasan, dan kebencian yang dilakukan atas nama agama atau atas nama Tuhan."
Untuk melawan secara efektif kebiadaban orang-orang yang menimbulkan kebencian dan kekerasan, kata Paus Fransiskus, para pemuka perlu merangkul kaum muda.
"Membantu mereka dalam perjalanan menuju kedewasaan dan memberikan bekal pada mereka bagaimana merespons para penghasut kekerasan."
Paus Fransiskus juga mendesak dihentikannya pendanaan untuk kelompok-kelompok ekstrem yang memilih jalan kekerasan.
"Penting untuk memblokir arus dana dan senjata pada mereka yang mengambil jalan kekerasan, dan mengatasnamakan tindakannya atas nama sesuatu yang suci," kata Paus Fransiskus.
Ia juga mengutuk apa yang diistilahkannya sebagai kebangkitan bentuk-bentuk demagogis populisme.
Kebangkitan populisme, menurut pria bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu, sangat merugikan perdamaian dan stabilitas dunia.
"Sangat membingungkan untuk dicerna. Saat ini realitas konkret kehidupan masyarakat kian diabaikan demi permusuhan yang tidak jelas," kata dia.
Sementara itu, Imam Besar Al Azhar, Syekh Ahmed al-Tayeb, mengucapkan terima kasih atas pernyataan Paus Fransiskus -- yang dianggap membantu meredakan gelombang kesalahpahaman terhadap Muslim dan Islam -- yang kerap diasosiasikan dengan teror.
"Kita perlu membersihkan agama dari gagasan yang salah, kesalehan palsu, dan implementasi curang yang memicu konflik, kebencian, dan kekerasan," kata dia.
"Islam bukanlah agama teroris. Yang terjadi adalah sebagian kecil penganutnya membajak sejumlah ayat untuk memicu pertumpahan darah."
Kedatangan Paus Fransiskus ke Al Azhar adalah bagian dari upaya memperbaiki ikatan usai keputusan para pemimpin Muslim Mesir untuk memutuskan hubungan dengan Vatikan, gara-gara komentar Paus Benediktus.
Sementara, dalam pidato di depan Presiden Abdel-Fattah El-Sissi dan diplomat dari seluruh dunia, Fransiskus dengan tegas mendukung tindakan keras pemerintah Mesir terhadap militan.
Presiden El-Sissi juga mengatakan, militan yang melakukan tindakan teror tak layak mengklaim dirinya Muslim.
"Islam yang sejati tidak memerintahkan untuk membunuh orang-orang tak bersalah," kata Presiden Mesir, saat berdiri di samping Paus Fransiskus.