Liputan6.com, Karanganyar - Musim giling tebu sudah dimulai. Ada sebuah ritual unik untuk menyambut musim giling tebu itu. Tradisi tersebut disebut cembengan.
Ritual ini mengacu pada arak-arakan tujuh kepala kerbau dan kirab tebu manten. Ritual ini diyakini sebagai simbol memohon keselamatan selama proses giling tebu. Namun, ritual kuno itu sudah sangat jarang ditemui di zaman modern ini.
Satu perusahaan pabrik gula yang masih mempertahankan cembengan adalah Pabrik Gula Tasikmadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Prosesi cembengan di pabrik gula yang didirikan sejak tahun 1871 ini digelar dua hari, Kamis 27 April-Jumat 28 April 2017 kemarin.
Baca Juga
Advertisement
Hari pertama diisi arak-arakan sesaji. Mulai dari jajan pasar, hasil bumi, nasi tumpeng, nasi merah, dan tujuh kepala kerbau.
Beragam sesaji ini diletakkan di dalam tandu kecil dengan dihiasi kertas warna-warni. Arak-arakan dari halaman balai desa Suruh hingga pabrik gula, kira-kira lima kilometer jauhnya.
Riuh ramai warga mengiringi arak-arakan ini. Mereka mulai berdatangan sejak terik matahari memanas.
Selain arak-arakan, ada pasar rakyat yang memang selalu digelar di sekitar kompleks pabrik gula. Alhasil saat ritual cembengan, kepadatan masyarakat di pabrik gula sangat terasa.
Setelah sampai di pabrik, sesaji ini kemudian diletakkan di bagian bawah mesin produksi. Khusus kepala kerbau diyakini sebagai penolak bala. Agar proses giling tebu terhindarkan dari kejadian yang tak diinginkan.
"Mengapa tujuh kepala kerbau? Tujuh itu menyimbolkan tujuh stasiun di pabrik gula. Mulai dari stasiun gilingan, pabrik tengah, pabrik belakang, stasiun ketel, pemurnian dan seterusnya," ujar Teguh Agung Tri Nugroho, administratur Pabrik Gula Tasikmadu, Jumat, 28 April 2017.
Tebu Manten
Ritual cembengan berlanjut ke hari kedua pada Jumat pagi. Hari kedua ini menjadi bagian dari prosesi puncak cembengan, yaitu tebu manten.
Sepasang tebu manten didandani layaknya pengantin. Nama pengantin laki-lakinya adalah Bagus Udahani dan pengantin perempuan bernama Roro Manis Warastika
Seperti saat arak-arakan kepala kerbau, saat ritual tebu manten ini banyak warga ikut melihat. Di pinggir jalan yang dilalui kirab tebu manten, warga menanti arak-arakan. Rute arak-arakan serupa dengan iringan sesaji kepala kerbau.
Begitu kirab tebu manten sampai di depan pabrik gula, kesenian reog menyambutnya. Lantas, tebu manten ini masuk ke ruang giling dan kemudian diletakkan di atas mesin giling yang disusul belasan pasang tebu pengiringnya.
"Filosofi dari tebu manten adalah layaknya seperti mantu. Kita ibaratkan, saat ini adalah perpaduan tebu dari pabrik dan dari petani. Harapannya adalah hasil melimpah," ujar dia.
Dengan berakhirnya kirab tebu manten, maka dimulai giling tebu. Mesin penggiling tebu yang berukuran bakal memulai proses melumat tebu. Penggilingan tebu bakal berakhir bulan Oktober mendatang. "Prosesi cembengan merupakan sebuah pelestarian tradisi," kata dia.
Merunut sejarahnya, cembengan ini tak lepas dengan jejak Puro Mangkunegaran. Pabrik gula Tasikmadu merupakan satu dari dua pabrik gula di Jawa Tengah yang didirikan Raja Puro Mangkunegaran, KGPA Mangkunegara IV.
"Beliau (Mangkunegara IV) adalah salah satu pribumi yang mendirikan pabrik gula. Sebenarnya ada dua, selain pabrik Tasikmadu ada Colomadu," ujar Teguh.
Advertisement