Liputan6.com, Flores - Bagian demi bagian disusun menjadi cerita. Kisah tentang asal usul manusia. Misteri itu bernama Homo Floresiensis manusia purba kerdil yang terkenal dengan sebutan Hobbit.
Gua yang terletak Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur ini mulai menjadi buah bibir pada tahun 2003.
Advertisement
Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional atau Puslit Arkenas dan Universitas Wolonggong dari Australia berhasil menemukan kerangka manusia prasejarah bertinggi sekitar satu meter. Sontak Liang Bua menjadi magnet para peneliti lokal maupun internasional.
Penemuan manusia purba pigmi ini membuat Thomas bersama dengan anggota tim peneliti lain, Jatmiko dan Wahyu Saptomo masuk daftar ilmuwan paling berpengaruh oleh Thomson Reuters tiga tahun lalu.
Keberadaan mahluk kerdil dalam pohon evolusi manusia menimbulkan pro kontra di kalangan ilmuwan. Sejumlah ahli meyakini Homo Floresiensis adalah manusia modern yang cacat. Beberapa menganggap spesies kera yang telah punah.
Misteri ini yang membuat Matthew Tocheri saban tahun sejak 2009 kembali ke situs Gua Karst di jantung Pulau Flores.
Liang Bua menyimpan kekayaan informasi tentang manusia purba. Tak cuma wujud fisiknya cara hidup dan bagaimana Hobbit ini punah masih menyimpan sejuta teka teki.
Flores kini mendapat tempat penting dalam kamus ilmu pengetahuan tentang sejarah manusia dan spesies yang lebih primitif. Gua dingin itulah arti dari liang bua dalam bahasa setempat.
Hunian ideal Homo Sapiens atau manusia modern awal dan Homo Florensis yang sudah bermukim sejak 100 ribu sampai 50 ribu tahun yang lalu.
Memiliki volume otak seperti Simpanse, Homo Floresiensis dipercaya memiliki tingkat kecerdasan tak kalah dengan manusia purba lainnya.
Manusia Kate ini terbukti mampu memilih dan memilah jenis batu tertentu sebagai perkakas. Ribuan artefak ini jadi bukti sahih.
Peralatan tanpa bukti hewan buruan hanya bualan semata. Perut liang bua menyimpan tulang belulang Gajah Purba Pigmi, Komodo, Burung, Bangau Raksasa dan tikus raksasa.
Hal ini merupakan menu penelitian buat ahli biologi guna mengetahui gambaran lingkungan dan ragam biota. Liang bua ibarat harta karun buat dunia ilmu pengetahuan. Lapis demi lapis dinding dan tanahnya merekam informasi kejadian.
Sampel yang akan diuji di laboratorium akan membuka lorong waktu perjalanan situs arkeologi ini. Buku diari tentang kehidupan yang terjadi di gua ini terbaca dari irisan dinding kotak penggalian.
Lapisan abu vulkanik menjadi pembatas kemampuan adaptasi Hobbit dari Flores. Ini sekaligus membantah anggapan bahwa masih ada keturunan langsung manusia kerdil prasejarah di tanah berjuluk nusa nipa.
Saksikan video keberadaan manusia kerdil dari Flores yang ditayangkan Potret Menembus Batas selengkapnya, Minggu (30/4/2017).