Liputan6.com, New Delhi - Ratusan pengantin perempuan sebuah pernikahan masal di Garhakota, India, dihadiahi sebuah tongkat kayu.
Pemberi hadiah meminta para perempuan menggunakannya jika para suami mereka kerap mabuk dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
Advertisement
Pernikahan masal itu diikuti oleh sekitar 700 pasangan mempelai. Seusai upacara, masing-masing pengantin perempuan diberi hadiah berupa tongkat pemukul sepanjang 40 cm.
Uniknya, sang pemberi hadiah adalah seorang laki-laki bernama Gopal Bhargava, Menteri Dalam Negeri Provinsi Madhya Prades, India. Ia juga mengunggah sejumlah foto pemberian hadiah tersebut ke akun Facebook-nya.
Sejatinya, tongkat yang biasa disebut dalam bahasa India sebagai 'mogri' itu digunakan untuk menggebuk debu yang menempel pada pakaian kotor.
Namun, sang pemberi hadiah menyarankan kepada para ibu rumah tangga bahwa tongkat tersebut dapat dialihfungsikan sebagai alat pertahanan diri jika sang suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
"Sebelum digunakan, baiknya para istri tetap menggunakan logika dengan suami mereka. Namun, jika suami menolak mendengarkan, biarkan tongkat itu yang 'bicara'," kata Bhargava dalam akun Facebook-nya seperti yang dikutip BBC, Senin (1/5/2017).
Pada bagian pegangan tongkat, terukir sebuah kalimat dalam bahasa India yang bertuliskan 'untuk digunakan kepada para pemabuk'. Kata pemabuk dalam ukiran tersebut merujuk pada sikap stereotip beberapa suami India yang alkoholik.
Uang penghasilan dan tabungan keluarga juga kerap dihabiskan para suami untuk minuman beralkohol.
Sang menteri sangat prihatin dengan fenomena kekerasan dalam rumah tangga akibat alkohol yang dilakukan suami kepada para istri di beberapa daerah pedesaan di India.
"Perempuan di sini kerap bercerita bahwa jika suami mereka suka memukul jika sedang mabuk. Uang tabungan keluarga dihambur-hamburkan untuk minuman beralkohol," tambah Bhargava.
Bhargava juga menjelaskan bahwa pemberian tongkat itu tidak ditujukan untuk memprovokasi para istri untuk menggunakan kekerasan kepada suami mereka.
"Tak ada niat itu dilakukan untuk memprovokasi perempuan untuk melakukan kekerasan, tetapi lebih untuk pencegahan," imbuh Bhargava yang telah memesan sebanyak 10.000 mogri untuk pernikahan masal di Garhakota.
Pernikahan masal kerap dilaksanakan di beberapa daerah dengan perekonomian rendah di India. Tujuannya agar pengantin yang sudah siap membina mahligai rumah tangga namun tak memiliki biaya, tetap dapat melaksanakan seremoni pernikahan.
Media lokal menilai tindakan Bhargava bermuatan politik guna menyerap simpati masyarakat pada pilkada Garhakota tahun depan.