Liputan6.com, New York Harga emas turun 1 persen ke posisi terendah dalam tiga minggu tertekan kenaikan saham dan kesepakatan yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menghindari shutdown. Kondisi ini meredam permintaan untuk aset nonbunga seperti emas.
Melansir laman Reuters, Selasa (2/5/2017), harga emas di pasar spot turun 0,8 persen menjadi US$ 1.257,58 per ounce, setelah sempat jatuh ke posisi US$ 1.253,66. Sementara harga emas berjangka AS turun 1 persen ke posisi US$ 1.255,50.
Baca Juga
Advertisement
Pasar saham AS terangkat saham Apple yang mencapai rekor tinggi dan penguatan ukuran utama indeks ekuitas dunia seiring kenaikan yield obligasi. Banyak pasar keuangan di Asia dan Eropa ditutup terkait liburan May Day atau Hari Buruh.
"Risk appetite tidak runtuh di sini. Harga emas sudah sedikit berlebihan di sini. Sepertinya kami hanya mencoba tren pergerakan rata-rata 200-hari," ujar Bart Melek, Kepala strategi Komoditas TD Securities di Toronto.
Kongres AS menyepakati tentang paket belanja demi menjaga pemerintahan agar tak terjadi shutdown.
Harga emas sempat naik setelah belanja konstruksi AS tak terduga turun pada Maret. Bahkan data pemerintah menunjukkan, Institute for Supply Management (ISM) Indeks perihal kinerja manufaktur berada di posisi terendah sejak Oktober.
"Tingkat ISM Manufacturing Index saat ini masih menunjukkan pertumbuhan yang sehat di industri, tetapi sangat penting untuk terus membuatnya meningkat," ujar Royce Mendes, Ekonom Senior CIBC Capital Markets di Toronto.
Pedagang kini juga tengah menunggu hasil pertemuan Federal Reserve. "Kami melihat perdagangan emas mempertahankan kisaran yang relatif lebih tinggi pada Mei dengan ketegangan yang terjadi di Kore Utara, "kata analis INTL FCStone Edward Meir.