4 Fakta Tersembunyi Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta

Jejak perjalanan pribadi Ki Hadjar Dewantara masih tersimpan di Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 02 Mei 2017, 13:30 WIB
Jejak Ki Hadjar Dewantara di Museum Dewantara Griya Kirti (Liputan6.com / Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Museum Dewantara Kirti Griya yang berlokasi di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, menyimpan jejak peninggalan tokoh pelopor pendidikan rakyat Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau yang dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara.

Museum yang diresmikan oleh Nyi Hadjar pada 2 Mei 1970 diberi nama sesuai dengan fungsinya semula. Kirti berarti kerja dan griya bermakna rumah. Bangunan yang luasnya tidak lebih dari 500 meter persegi itu bukan hanya tempat tinggal keluarga Ki Hadjar, melainkan juga tempatnya berkarya.

"Museum ini dikelola Badan Khusus Museum dan Arsip Perpustakaan, tetapi masih juga bernaung di bawah yayasan Taman Siswa," ujar Dhrajat Iskandar, edukator museum kepada Liputan6.com, Selasa (2/5/2017) siang.

Di museum ini pengunjung bisa mengetahui beberapa fakta tentang kehidupan pribadi Menteri Pendidikan pertama Indonesia itu.

Pertama, Ki Hadjar Dewantara merupakan orang yang sangat perhatian dan peduli dengan keluarganya. Hal ini tampak dari dua kamar yang pernah ditempati beliau semasa hidup.

Kamar pertama merupakan ruang kerjanya dengan mesin ketik kuno yang menghasilkan suara keras ketika dioperasikan. Letaknya berada di depan. Sementara, kamar lainnya, agak di belakang, merupakan tempat tidur bersama dengan sang istri.

"Beliau tidak ingin istrinya terganggu dengan suara mesin ketik ketika ia harus bekerja, demikian pula dengan sang anak yang menempati kamar di sebelah kamar tidurnya dengan sang istri," tuturnya.

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Museum Dewantara Griya Kirti (Liputan6.com / Switzy Sabandar)

Kedua, Ki Hadjar meyakini seni sebagai ujung tombak pendidikan. Ia menghasilkan tembang dolanan anak dari piano yang tersimpan di ruang tengah museum. Dia juga memajang lukisan Affandi di dinding kamar tidur anaknya. Bahkan, maestro lukis itu juga menjadi salah satu pamong di perguruan Taman Siswa yang didirikan Ki Hadjar.

"Ki Hadjar merupakan keturunan Paku Alam III, dia juga membawa kesenian keraton ke luar wilayah kerajaan dan bisa dimainkan oleh rakyat biasa, salah satunya Tari Golek," tutur Dhrajat.

Ketiga, Ki Hadjar melepas gelar kebangsawanannya dan mengganti namanya pada usia 40 tahun. Ki Hadjar ingin menyatu dengan orang kebanyakan. Raden Mas ditanggalkan, ia memilih nama Ki Hadjar Dewantara yang berasal dari kata hadjar berarti guru dan Dewa Antara yang bermakna penghubung Bumi dan dunia yang lebih tinggi.

Keempat, museum ini menyimpan baju penjara milik Ki Hadjar. Baju berwarna cokelat pudar itu terbuat dari bahan menyerupai goni dan disimpan di dalam lemari kaca.

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Museum Dewantara Griya Kirti (Liputan6.com / Switzy Sabandar)

Kepemilikan baju tahanan itu bermula saat Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan dari Prancis di Indonesia pada 1913. Ki Hadjar menulis artikel dalam bahasa Belanda yang terjemahannya, Jika Aku Seorang Belanda, Aku Tidak Akan Mau Membuat Pesta di Negara Jajahan.

Gubenur Belanda tersinggung dan memenjarakan Ki Hadjar ke Pekalongan selama empat bulan. Dalam pengasingannya, dia tidak ditahan melainkan dijadikan pegawai administrasi.

Dua sahabatnya di Tiga Serangkai, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo protes kepada Belanda dan meminta Ki Hadjar dilepas. Namun, justru dua kawannya itu ikut diasingkan ke tempat yang berbeda.

"Setelah masa hukuman berakhir, Ki Hadjar kembali ke rumahnya dengan masih mengenakan pakaian tahanan itu lalu disimpan sampai saat ini," kata Dhrajat.

Sekalipun memiliki banyak cerita, Museum Dewantara Kirti Griya jarang dikunjungi orang pada hari biasa. Biasanya museum yang buka setiap Senin sampai Sabtu dari pukul 08.00-13.00 WIB ini baru dikunjungi saat momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) atau hari-hari besar Taman Siswa.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya