Liputan6.com, Jakarta Asma adalah masalah kesehatan yang cukup umum bagi wanita hamil, termasuk bagi beberapa wanita yang belum pernah asma sebelumnya.
Selama kehamilan, asma tidak hanya mempengaruhi ibu, tapi juga bisa mengurangi oksigen yang didapat janin. Tapi ini tidak berarti memiliki asma akan membuat kehamilan lebih sulit atau berbahaya bagi ibu atau janin. Sebab asma bisa dikontrol dengan baik.
Advertisement
Jika sebelumnya tidak memiliki asma
Seperti dimuat WebMD, Selasa (2/5/2017), jika sebelumnya ibu tidak menderita asma, namun mengalami sesak napas atau mengi selama kehamilan, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Sebab asma yang tidak terkontrol atau terasa ringan tersebut bisa memicu dua hal berikut;
- Tekanan darah tinggi selama kehamilan
- Preeklampsia, tekanan darah tinggi dan bisa mempengaruhi plasenta, ginjal, hati dan otak.
Sedangkan pada janin bisa mencakup: pertumbuhan janin yang lambat atau Intrauterine growth retardation (IUGR). Hal ini membuat bayi lahir kecil. Selain itu kelahiran juga berisiko prematur, berat bayi lahir rendah serta kematian perinatal.
Perawatan asma dan kehamilan
Wanita hamil mengelola asma dengan cara yang sama dengan wanita yang tidak hamil. Seperti semua penderita asma, ibu hamil perlu mengendalikan pencetus asma untuk mencegah serangan asma.
Anda bisa melakukan ini dengan mencatat apakah tendangan janin menurun seiring berjalannya waktu. Jika Anda melihat lebih sedikit aktivitas janin selama serangan asma, hubungi dokter atau bantuan darurat agar segera untuk mendapatkan petunjuk.
Asma dan alergi
Banyak wanita hamil juga memiliki alergi seperti rhinitis yang bersamaan dengan asma. Mengobati alergi merupakan bagian penting dari manajemen asma. Bicaralah dengan dokter tentang penggunaan dekongestan yang diminum (dekongestan oral).
Sebuah ulasan penelitian hewan dan manusia tentang efek obat asma yang dikonsumsi selama kehamilan menemukan sedikit risiko pada wanita atau janinnya. Untuk itu, jangan pernah berhenti minum atau mengurangi obat-obatan asma Anda tanpa berbicara dengan dokter Anda.
Advertisement