Liputan6.com, Jakarta - Fitur perintah suara atau asisten virtual adalah salah satu fitur yang selalu terhubung ke smartphone, tablet, dan bahkan komputer.
Teknologi ini bahkan sudah menjadi fokus beberapa raksasa teknologi, seperti Apple dengan Siri, Samsung lewat Bixby, Amazon dengan Echo, Google dengan Google Assistant, dan Microsoft lewat Cortana.
Fitur yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan machine learning ini berkembang dengan pesat dan di masa depan diperkirakan akan bisa melakukan tugas yang lebih kompleks.
Namun, di balik semua kemudahan yang ditawarkan selalu ada celah keamanan yang kerap muncul, misalnya seperti bocornya data-data pribadi atau pun data perusahaan.
Baca Juga
Advertisement
“Teknologi asisten virtual memberikan kenyamanan dan nilai tambah bagi pengguna, tetapi perangkat ini memunculkan tantangan baru dalam hal keamanan dan privasi. Pada satu sisi, teknologi ini bisa disalahgunakan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab untuk tujuan lain, seperti pada insiden yang baru-baru ini terjadi dengan botnet Mirai," kata Dony Koesmandarin, Territory Channel Manager Indonesia, Kaspersky Lab SEA.
Perangkat itu sendiri, lanjutnya, bisa juga dimanfaatkan untuk tujuan jahat lainnya, seperti mengumpulkan data-data pribadi dan sensitif atau hanya sekedar untuk membuktikan adanya kerentanan.
Melalui keterangan tertulisnya, Selasa (2/5/2017), Dony mengungkap salah satu contoh nyata yang terjadi pada Januari 2017 di San Diego, California. Saluran CW6 menyiarkan segmen berita menarik tentang kerentanan speaker Amazon Echo (yang dilengkapi dengan asisten virtual Alexa).
Pembawa acara menjelaskan bahwa perangkat IoT (internet of things) ini tidak dapat membedakan orang melalui suaranya, yang berarti Alexa akan mengikuti perintah siapa saja yang ada disekitarnya.
Akibatnya, seorang anak kecil secara tidak sengaja berhasil memesan rumah boneka seharga US$ 170 dan kue-kue kering melalui Alexa.
Tak Bisa Membedakan Suara
Hal ini bisa terjadi dikarenakan teknologi voice assistant tidak memahami perbedaan suara orangtua atau pun anak kecil.
Dan di bulan yang sama, lanjut Dony, pada acara CES 2017 Las Vegas, hampir setiap perangkat cerdas yang ditampilkan--mulai dari mobil hingga lemari es--dilengkapi dengan voice assistant.
Tren ini pasti akan menciptakan sebuah risiko keamanan baru, baik dalam hal privasi, keamanan, dan bahkan keselamatan dari pengguna itu sendiri. Oleh karenanya, setiap pengembang perlu menjadikan keamanan pengguna sebagai prioritas utama.
Lalu, bagaimana cara menghadapi kerentanan tersebut? Kaspersky Lab memberikan beberapa empat tips mudah yang dapat membantu melindungi kehidupan kamu dari teknologi asisten virtual. Berikut ini detailnya:
1. Matikan mikrofon di Amazon Echo dan Google speaker. Terdapat sebuah tombol untuk mematikan. Ini bukan cara yang efisien untuk memastikan privasi--kamu harus selalu ingat kapan saatnya untuk menyalakan atau mematikan voice assistant--tetapi setidaknya hal tersebut menjadi langkah pengamanan awal.
2. Gunakan pengaturan akun asisten virtual untuk melarang pembelian atau melindunginya dengan password.
3. Gunakan perlindungan anti-virus bagi PC, tablet, dan smartphone untuk mengurangi risiko kebocoran data serta mencegah aksi dari penjahat siber.
4. Ubah wake word, terutama di Amazon Echo, jika seseorang di rumah kamu memiliki nama yang sama dengan "Alexa". Karena kalau tidak, bisa saja setiap pembicaraan di dekat perangkat berpotensi berubah menjadi hal yang cukup menggangu.
(Isk/Cas)
Advertisement