Doa Unik Siswa dan Guru SD di Tengah Hutan Grobogan Setiap Pagi

Doa unik yang dipanjatkan setiap pagi oleh para siswa dan guru SD di tengah hutan Grobogan itu sering dikabulkan.

oleh Felek Wahyu diperbarui 03 Mei 2017, 09:03 WIB
Doa unik yang dipanjatkan setiap pagi oleh para siswa dan guru SD di tengah hutan Grobogan itu sering dikabulkan. (Liputan6.com/Felek Wahyu)

Liputan6.com, Grobogan - Para siswa dan guru Sekolah Dasar (SD) Negeri Mlowokarangtalun 1 dan 4, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan memiliki kebiasaan berdoa bersama sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Dalam doa itu, terselip harapan yang sama setiap pagi.

Para siswa dan guru tidak hanya berdoa agar proses belajar mengajar berjalan lancar, sehingga siswa menjadi pandai. Mereka juga berdoa agar saat hujan tidak turun selama proses belajar berlangsung.

"Alhamdullilah, hujan turunnya pada malam hari saja. Sebab jika pas proses belajar mengajar, pelajaran bisa terganggu," ujar Kepala SDN 1 Mlokokarangtalun, Sriyati, saat ditemui di sela peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tingkat provinsi di sekolah yang ada di tengah kawasan hutan Perum Perhutani, Selasa, 2 Mei 2017.

Doa agar tidak turun hujan dipanjatkan lantaran kondisi plafon dan dinding tembok sudah banyak yang berlubang. Karena kondisi rusak parah, dua sekolah, yakni SDN 1 dan 4, bahkan harus dilebur menjadi SDN 1 dan hanya menyisakan delapan ruang kelas darurat.

"Semua rusak, tidak hanya satu. Rusak karena ruang kelas dibangun sejak 1976. Plafon banyak yang lepas, atap dan genting miring serta tembok banyak yang berlubang," tuturnya.

Karena bangunan rusak, sebanyak 235 siswa harus belajar secara bergantian.  Meski begitu, hal itu tidak mengurangi semangat belajar siswa. Terbukti, Novi, salah satu siswa sekolah tersebut, berhasil menerima penghargaan tingkat Provinsi Jateng.

Doa unik yang dipanjatkan setiap pagi oleh para siswa dan guru SD di tengah hutan Grobogan itu sering dikabulkan. (Liputan6.com/Felek Wahyu)


"Kelasnya rusak sejak dulu. Saya masuk sekolahnya sudah rusak," kata siswi tersebut menjawab pertanyaan Gubenur Ganjar Pranowo terkait sekolah yang rusak. "Sudah biasa belajar di situ," sambung dia.

Kondisi sekolah yang rusak mengejutkan Gubenur Ganjar Pranowo. Gubenur yang datang bersama jajaran Dinas Pendidikan Provinsi Jateng dan Pemerintah Kabupaten Grobogan butuh waktu enam jam berjuang melewati jalan bergelombang menyisir hutan yang masuk kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Gundih, Perum Perhutani Divre Jawa Tengah, demi mencapai sekolah itu.

Menurut Ganjar, pemindahan seremoni peringatan Hari Pendidikan Nasional ke sekolah di tengah hutan bukan untuk mencari kesalahan. "Tapi ingin menduga perasaan kita yang sesuai dengan karakter yang diinginkan dalam pendidikan," ujar Gubenur.

Usai menyaksikan kondisi sekolah itu, Ganjar beserta bupati setempat berjanji akan membangun SDN Mlowokarangtalun 1 dan 4. Ia juga mengucurkan bantuan rehabilitasi delapan ruang kelas yang kondisinya sudah membahayakan siswa serta guru. Nilainya mencapai Rp 400 juta.

"Jika kurang, nanti kita coba mintakan dari CSR," ujarnya.

Selain berjanji mengucurkan dana rehabilitasi dan pembangunan, Ganjar dan Bupati Grobogan Sri Sumarni berjanji membenahi jalan menuju lokasi sekolah. Besaran anggarannya mencapai Rp 5 miliar.

"Kita sudah mulai melelang. Kita serahkan kepada dinas terkait semoga bisa dilaksanakan secara bertanggung jawab," kata Ganjar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya