Liputan6.com, Kotawaringin Timur - Puluhan anak-anak berjajar rapi di tepian anak sungai. Berpakaian seragam putih merah yang sudah memudar warnanya, mereka langsung riuh saat kapal patroli merapat, Jumat siang pekan lalu.
Rasa penat selama perjalanan akibat gelombang langsung sirna melihat tawa candanya. Mereka tak sabar membuka dua kotak besar yang dibawa serta. Anak-anak itu merindukan buku-buku bacaan.
Tak menunggu lama, empat orang anggota Direktorat Polisi Perairan dan Udara (Ditpolairud) Polda Kalteng bergegas menurunkan dua buah kotak besar penuh buku dari kapal patroli berkekuatan 200 PK itu ke darat.
Dalam hitungan detik, ratusan buku bekas dalam berbagai judul itu ludes diserbu anak sekolah. Suara riuh rendah perlahan senyap, yang terdengar hanya ruas buku berbalik. Mereka mulai terbenam dengan membaca buku di bawah rindangnya pohon depan halaman sekolah di tepian sungai.
Baca Juga
Advertisement
Fadila, 12 tahun, seorang pelajar SDN 2 Pelangsian, Dusun Sei Lamiring, mengaku sangat gembira dengan kedatangan Patroli Dipolairud Polda Kalteng yang selalu membawa buku ke tempat mereka.
"Sayangnya kedatangan Pak Polisi ini tidak rutin. Tapi kami tahu mungkin bapak-bapak ini juga mendatangi desa lain,"ujar Fadila yang bercita-cita jadi polwan ini.
Anak sungai kecil merupakan akses satu-satunya ke Dusun Sei Lamiring, Desa Ganefo, Kecamatan Seranau, Kabupaten Kotawaringin Timur. Lokasinya tak jauh dari Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur. Jumlah penduduknya di kisaran 500 jiwa dan umumnya bekerja di sektor informal.
Pergi ke kampung itu harus melewati Sungai Mentaya yang sangat luas untuk kemudian masuk ke anak sungai yang bernama Sei Lamiring. Panjang sungai yang hanya 2 kilometer akan semakin lama ditempuh saat kemarau.
Di sepanjang anak sungai ini terdapat banyak buaya muara. Reptil yang ukurannya lebih kecil dari buaya pada umumnya itu sangat agresif terhadap manusia. Sudah banyak cerita penduduk yang digigit binatang buas ini.
Ada misi yang diemban Polairud Polda Kalteng agar anak-anak pedalaman dan pesisir laut ini minimal tak jauh dengan rekan mereka di perkotaan dalam hal mendapatkan pendidikan.
Sejumlah terobosan digelar. Selain selalu membawa buku hasil sumbangan donatur dan sosialisasi bahaya narkoba di kala patroli, para aparat ini terkadang harus menjadi guru dadakan desa yang mereka kunjungi.
Polisi yang tugasnya menjaga perairan ini juga tengah menggarap secara swadaya pembangunan pondok baca melek huruf. Tempat baca sejenis perpustakaan ini didirikan di 11 markas unit Polairud yang tersebar di seluruh Kalteng. Targetnya tahun ini dibangun 11 pondok baca melek huruf. Saat ini sudah terbangun tiga pondok.