Liputan6.com, Semarang - Pihak sekolah, orangtua, dan siswa peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Sekolah SMP N 2 Penawangan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, trauma dengan seringnya listrik mati di daerah itu. Karena =itu, untuk kelancaran UNBK, mereka menolak mengandalkan PLN.
Ketakutan kemungkinan terjadinya listrik padam, membuat pengelola sekolah dan pihak orangtua siswa memilih menyalakan mesin genset. Meski harus mengeluarkan biaya tinggi, hal itu jauh lebih baik dari pada konsentrasi siswa terganggu akibat listrik mati saat UNBK.
Bahkan, karena ketakutan listrik yang padam hampir per tiga jam sekali membuat pihak sekolah nekat menyegel MCB listrik PLN menggunakan lakban berwarna hitam. Bahkan di situ diberi papan peringatan bertuliskan, "Listrik menggunakan genset, MCB PLN mohon jangan dinyalakan". Dengan harapan listrik dari MCB PLN tidak dinyalakan.
Tindakan nekat menyewa genset, diawali pengalaman ketika proses belajar-mengajar beberapa waktu lalu. Karena sering matinya listrik sangat mengganggu konsentrasi guru dan siswa.
Baca Juga
Advertisement
"Karenanya, pelaksanaan UNBK kita tidak mengandalkan listrik dari PLN," ujar Agus Prasetyo, Kepala Sekolan SMP N 2 Penawangan.
Penggunaan genset ini dilakukan baik pada UNBK hari pertama maupun hari kedua, Rabu, 3 Mei 2017. Genset juga akan terus dilakukan hingga pelaksanaan UNBK selesai pada hari terakhir.
"Aliran listrik menjadi kebutuhan utama untuk menghidupkan komputer dan tidak bisa ditawar lagi. Hal ini membuat SMP Negeri 2 Penawangan memilih untuk menggunakan genset untuk mencukupi aliran listrik ujian," ucap Agus.
"Agar pelaksanaan UNBK lancar, kita menyewa genset dan menyegel MCB PLN dengan memberikan tulisan agar tidak dihidupkan selama UNBK berlangsung. Kita menggunakan aliran listrik full dari genset," ia menambahkan.
Pengakuan serupa diungkapkan Bambang Budiman selaku Wakil Kepala Sekolah SMP N 2 Penawangan. Sekolah tentunya menanggung beban biaya sewa genset selama empat hari itu.
"Biaya yang kita keluarkan setiap hari untuk kebutuhan sewa genset dan bahan bakar dari pagi hingga sore total sebesar Rp 1 juta," ia membeberkan.
Tentu, keinginan untuk memperlancar pelaksanaan UNBK tingkat SMP sederajat di SMP Negeri 2 Penawangan, menjadi tidak gratis. Namun, karena kebijakan larangan melakukan pungutan ke pihak orangtua, maka biaya sewa genset ini ditarik dari uang iuran para guru.
"Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi sering padamnya listrik. Kebutuhan untuk menyewa genset ini didapat dari iuran para guru kelas," kata dia.
Langkah nekat pihak sekolah itu disambut positif pihak siswa. Apalagi aliran listrik PLN kurang stabil jika dibandingkan menggunakan genset.
"Siswa lebih tenang karena listrik tidak padam sampai UNBK selesai," kata Santi, siswa sekolah yang jadi salah satu peserta UNBK.