Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji akan menjadi mediator, arbitrator, atau fasilitator untuk meretas perdamaian antara Palestina dengan Israel.
Janji itu diucapkan sang presiden langsung di hadapan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas saat pidato pembuka jamuan pertemuan AS-Palestina di Gedung Putih pada Rabu, 3 Mei 2017.
Advertisement
"Kami (AS) akan menyelesaikannya," ucap Presiden Trump, dengan percaya diri, seperti yang diwartakan CNN, Kamis (4/5/2017).
Trump juga menekankan agar Israel dan Palestina mampu mencapai perdamaian melalui negosiasi. Ia juga meminta Abbas untuk tegas melawan provokasi kekerasan dan kebencian.
"Ada kebencian, tapi harapannya adalah agar kebencian itu tidak berlarut-larut," kata Trump di Ruang Roosevelt Gedung Putih.
Presiden ke-45 AS itu juga menginginkan agar kedua negara menghargai Perjanjian Oslo 1993 dan 1995.
Meski tidak menghasilkan sebuah keputusan akhir, Perjanjian Oslo 1993 dan 1995 dianggap oleh AS sebagai tonggak awal perdamaian kedua negara.
Meski begitu, perjanjian itu tidak mengakui Palestina sebagai negara berdaulat.
Setelah pertemuan, Trump berencana membuat "perjanjian terakhir dan terpenting" bagi kedua negara.
Sementara itu, sang tamu kehormatan Gedung Putih mengungkapkan pada pidato bahwa ia menginginkan hal serupa dengan Trump. Abbas juga mengidamkan agar Palestina mampu memiliki ibu kota di Yerusalem Timur.
"Saya percaya bahwa kami (Palestina) mampu (menjalin diplomasi) di bawah kepemimpinan, pengawasan, kebijaksanaan, serta kemampuan negosiasi Anda. Saya percaya kita dapat menjadi rekan --rekan sejati untuk Anda-- untuk membangun perdamaian bersejarah. Kehadiran Anda merupakan percikan harapan bagi kami," ujar Abbas melalui penerjemah.
Abbas juga menuntut kepada Donald Trump agar hubungan diplomasi kali ini mampu menghasilkan solusi yang adil, khususnya untuk beberapa isu seperti pengungsi dan penahanan warga Palestina di penjara Israel.
"Pak Presiden, sudah saatnya Israel menghentikan pendudukan pada tanah dan warga kami," pinta Abbas yang merujuk pendudukan wilayah Palestina di Tepi Barat oleh Israel.
Namun, Trump tidak menyinggung soal pendudukan Tepi Barat dalam isi pidatonya.
Pertemuan pemimpin kedua negara akan diikuti dialog dengan sejumlah politikus penting AS, seperti Wakil Presiden Mike Pence, Penasihat Keamanan Nasional HR McMaster, Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, perwakilan AS untuk konflik Israel-Palestina Jason Greenbalt dan Jared Kushner, Kepala Staf Gedung Putih Reince Priebus, serta Kepala Strategis Steve Bannon.
Sebelum Abbas, dua bulan lalu Gedung Putih juga mengundang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Meski kunjungan Netanyahu dinilai sebagai tonggak hubungan AS-Israel yang semakin harmonis, Donald Trump justru meminta sang perdana menteri untuk "sedikit menahan diri" terkait perluasan permukiman Yahudi.
Suami Melania Trump itu juga tidak memberikan indikasi kepada Netanyahu mengenai rencana pemindahan kantor Kedutaan AS ke Yerusalem.
Rencana pemindahan itu sempat disinggung sebagai salah satu agenda prioritas pemerintahan Donald Trump.
Namun, pada Selasa, 2 Mei 2017, Wapres AS Mike Pence kembali mengangkat isu tentang pemindahan kantor Kedutaan AS. Pence mengatakan rencana itu merupakan sebuah pertimbangan serius.
Saksikan juga video menarik berikut ini: