Liputan6.com, Malang - Kebutuhan susu di Indonesia yang mencapai 3,7 juta ton, namun pasokan dalam negeri yang hanya 852 ribu ton atau sebesar 23% persen dari kebutuhan.
Untuk memenuhi hal tersebut, Tanah Air harus mengimpor 2,8 juta ton susu dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Advertisement
Untuk mengantisipasi tingginya ketergantungan impor pangan, pemerintah mendorong industri dengan bermitra. Hal tersebut didukung dengan pelaksanaannya tahun kemitraan oleh kabinet Jokowi-JK.
"Kementerian perindustrian akan meminta pabrik susu bermitra dengan koperasi, di mana satu industri bermitra dengan tiga sampai lima peternak untuk bisa meningkatkan serapan," ujar Menteri Perindustrian, Airlangga Hartato, dalam peresmian pabrik pengolahan susu PT Greenfields di Palaan, Malang, Kamis (4/5/2017).
"Kami mengharapkan ada kemitraan antara small farmer dan industri besar, sehingga industri besar memiliki kemitraan tiga peternak kecil, dan susunya bisa diserap ke pabrik," ujar Airlangga merujuk pada kemitraan perusahaan pengolahan susu, termasuk Greenfields.
Ia juga mengungkapkan, Pemerintah Indonesia akan mendorong target serapan produksi susu domestik meningkat dari 23 persen menjadi 41 persen di tahun 2021.
Pasalnya, industri pengolahan susu merupakan bagian dari sektor makanan dan minuman, yang merupakan sektor strategis. Pada tahun lalu pertumbuhannya positif 8,46%, dan tahun ini pada kuartal pertama tumbuh di atas 7%.
Selain itu, tingkat konsumsi susu per kapita Indonesia hanya 12 kg. Hal tersebut sangat memungkinkan pertumbuhan konsumsi, dibandingkan Malaysia yang konsumsi susunya mencapai 36 kg dan Thailand 22 kg.
Pemerintah juga mengapresiasi PT Greenfields Indonesia atas diinisiasinya Greenfields Institute of Dairy Farming. "Ini mungkin akan menjadi center of excellence peternak, karena kita harus merevitalisasi peternak Indonesia," ujar Airlangga.
Greenfields Institute of Dairy Farming adalah inisiatif yang bertujuan untuk membantu bergairahnya peternakan sapi perah di Indonesia.
Bentuk kerjasama tersebut berupa sebuah training farm yang ditujukan kepada peternak setempat dan akan dijalankan seperti peternakan komersial. Sejumlah pelatihan akan dimasukkan dalam program tersebut, yakni pada tiga skala, kecil, menengah, dan besar.