Liputan6.com, Jakarta Anemia rentan dialami individu yang gemar minum teh saat atau sesudah makan besar.
Kebiasaan ini sebenarnya buruk, tapi tak banyak yang tahu. Apalagi dengan munculnya sebuah iklan yang menggambarkan bahwa menyantap seporsi makanan terasa kurang nikmat jika tidak dibarengi dengan minum teh dalam botol.
Baca Juga
Advertisement
"Itu cuma iklan. Padahal, sebenarnya tidak baik," kata DR Dr Yustina Anie Indriasari MSC SpGK.
Penjelasan ini disampaikan Spesialis Gizi Klinik dari Rumah Sakit Wanita dan Anak St Carolus, Tangerang, setelah memberikan edukasi singkat pada sebuah acara terkait anemia pada awal April 2017 di Halaman Parkir Keong Mas, Taman Mini Indonesia Indah.
Menurut Yustina, tanin yang terkandung di dalam teh bekerja mengikat zat besi dan merusak struktur protein dari semua asupan makanan yang kita santap. "Itu dapat menyebabkan kita kekurangan zat besi," ia menambahkan.
Kekurangan zat besi adalah penyebab terjadinya anemia. Masalah kesehatan satu ini paling bersahabat dengan perempuan ketimbang laki-laki.
Yang ditakutkan sekarang, karena khawatir berat badan naik, perempuan mengurangi bahkan menghilangkan salah satu sumber makanan yang penting bagi tubuh kita, yaitu karbohidrat.
Sesudahnya, dengan kepercayaan bahwa teh hijau dapat membakar lemak yang membuat proses penurunan berat badan bisa cepat terjadi, mereka pun meminumnya tak lama setelah makan besar.
"Kalau mau minum teh, minumlah tiga sampai empat jam setelah makan besar. Atau sediakan waktu khusus untuk minum teh, tea time," kata Yustina.
Daripada minum teh, sebaiknya perbanyak konsumsi air putih yang dapat menambah pasokan oksigen di dalam darah.
"Atau kalau mau, minum jeruk peras tanpa gula, bukan teh," kata dia menekankan.