Kabur Massal Tahanan Karena Penjara Tak Manusiawi

Semua kegiatan tahanan mulai dari besuk sampai untuk menerima kiriman baju dari keluarga, juga harus membayar pungli.

oleh Ahmad Romadoni M SyukurPutu Merta Surya Putra diperbarui 07 Mei 2017, 00:11 WIB
Sekitar 200 tahanan kabur dari Rutan Pekanbaru, Riau, dan lari ke semak-semak sekitar lokasi dan permukiman. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan tahanan kabur dari Rumah Tahanan (Rutan) Klas IIB Pekanbaru di Jalan Sialang Bungkuk, Kelurahan Sail, Kecamatan Tenayanraya, Pekanbaru, Riau setelah berhasil menjebol pintu penjara. Ratusan tahanan itu berebut kabur setelah kerusuhan melanda Rutan Pekanbaru usai Salat Jumat, 5 Mei 2017.

"Benar, terjadi habis jumatan," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kementerian Hukum dan Keamanan I Wayan Dusak kepada Liputan6.com, Jumat.

Dia menuturkan, dari total 1.800 napi yang berada di Rutan Sialang, lebih dari seratus orang melarikan diri. "Jumlah belum pasti. Tapi ada 100 lebih yang kabur. Tapi sebagian ada yang ditangkap pihak kami, warga, dan polisi. Ada juga yang berkeliaran di pertokoan," ucap Wayan.

Untuk mengendalikan situasi, dua kompi Brimob dari Polda Riau dikerahkan ke Rutan Pekanbaru. Sementara itu, petugas gabungan reserse dan intelijen menyebar ke sejumlah lokasi untuk menangkap tahanan kabur.

Pengendalian situasi di rutan juga dibantu puluhan personel TNI. Sejumlah pemadaman kebakaran dan petugas penjara juga masih berjaga di luar pintu untuk mencegah terjadinya bentrok susulan.

Kronologi Narapidana Kabur

Dirjen Pemasyarakatan I Wayan Dusak mengatakan, peristiwa kaburnya ratusan napi Rutan Klas IIB Pekanbaru bermula saat para napi akan melaksanakan Salat Jumat. Seperti biasa, petugas mulai mengeluarkan napi dari ruangan mereka pada pukul 11.00 WIB.

"Saat mereka sudah keluar itulah terjadi penyerangan terhadap beberapa pekerja kita," kata Wayan di Kantor Ditjen Pas, Jakarta.

Saat keluar, para napi menuju pintu utama dan bermaksud menjebol pintu gerbang Rutan. Tapi upaya itu tidak berhasil, hingga akhirnya mereka beralih ke pintu lainnya di sisi kanan Rutan.

"Dan sekitar ratusan orang menjebol pintu sebelah kanan ini sehingga mereka beramai-ramai melarikan diri," ungkap Wayan.

Seorang warga sekitar bernama Hasan mengungkapkan, keributan di Rutan Pekanbaru sudah terdengar sebelum Salat Jumat.

"Sudah ada teriakan, mereka bernyanyi. Tak lama kemudian terjadi keributan dan seperti ada suara lemparan," kata pria berumur 66 ini kepada Liputan6.com.

Ketika Salat Jumat‎ di Jalan Sialang Bungkuk berlangsung, lanjut Hasan, keributan semakin menjadi-jadi. Dia mendengar tahanan mendobrak pintu dan berhasil menjebolnya.

"Pas itu saya lihat ratusan tahanan keluar dari pintu hingga ke jalan. Mereka menyebar ke mana-mana," tutur dia.

Hasan menambahkan, ada tahanan kabur ke arah Sungai Batak dan beberapa jalan yang berdekatan dengan Sialang Bungkuk‎.


Pemicu Rusuh

Sekitar 200 tahanan kabur dari Rutan Pekanbaru, Riau, dan lari ke semak-semak sekitar lokasi dan permukiman. (Liputan6.com/M Syukur)

Mengenai pemicu rusuh, Pejabat Wali Kota Pekanbaru Edwar Sanger menyebut kapasitas rutan sebagai pemicu. Dia mengatakan, rutan seharusnya hanya diisi sekitar 400 tahanan, tapi kenyataannya hingga hampir dua ribu orang.

"Ini sudah over kapasitas, isinya sudah lebih sampai 1.800 tahanan," ujar Edwar.

Kelebihan kapasitas ini, kata dia, membuat pelayanan kepada penghuni rutan tidak maksimal, hingga memicu kerusuhan. Salah satu persoalan yang menjadi pembahasan utama ketika‎ negosiasi adalah air bersih.

"Tuntutan ini akan dipenuhi, nanti dikoordinasikan dengan pihak rutan untuk membahas masalah ini," sebut Edwar.

Bukan hanya soal kapasitas dan pelayanan. Kebiasaan petugas penjara mengutip pungutan liar (pungli) juga disebut-sebut sebagai pemicu kaburnya ratusan napi.

Praktik pungli ini diungkapkan sejumlah keluarga tahanan. "Kami sudah muak, tapi tidak bisa mengadu karena anak saya ditahan. Tapi sekarang semua harus dibuka, apalagi sudah ada kerusuhan seperti ini," kata seorang keluarga tahanan, Yusti (65), seperti dikutip dari Antara, Sabtu 6 Mei 2017.

Ia mengungkapkan, anaknya menjadi tahanan. Namun, anaknya tidak ikut dalam kerusuhan. Yusti mengaku terpaksa membayar agar anaknya pindah kamar tahanan ke lantai satu karena kamar sebelumnya penuh sesak. Menurut dia, motif pungli melibatkan tamping atau sesama tahanan yang dipercaya pihak Rutan.

"Saya membayar Rp 7 juta supaya anak saya pindah ke kamar tahanan korupsi di lantai satu. Tapi tidak langsung ke pegawai rutan. Mereka gunakan tamping untuk mengumpulkan uang," ungkap dia.

Yusti mengatakan, kehidupan di dalam rutan sangat memprihatinkan, antara lain karena jumlah penghuni yang melebihi kapasitas. Semua kegiatan tahanan mulai dari besuk sampai untuk menerima kiriman baju dari keluarga, juga harus membayar pungli. Pungli tidak hanya uang, melainkan juga rokok.

"Anak saya setiap dibesuk, untuk melewati satu pintu yang dikunci harus menyetor satu bungkus rokok. Kalau mau menambah waktu besuk juga membayar Rp 20 sampai Rp 30 ribu supaya diberi tambahan 15 menit. Penanda bayar adalah dengan bunyi bel," ucap Yusti.

Hampir semua keluarga tahanan yang kini berkumpul di rutan juga mengeluhkan layanan buruk dan pungli di dalam Rutan tersebut. Namun, kebanyakan dari mereka tidak mau dituliskan namanya karena alasan keamanan keluarga tahanan.

"Setiap kirim baju diperiksa, kita harus bayar minimal Rp 20 ribu. Ada pembedaan bagi tahanan yang punya uang mereka dapat fasilitas. Benar-benar tidak manusiawi, karena di dalam itu bukan pembinaan, tapi membinasakan," ujar seorang ibu yang tidak ingin ditulis namanya.

Seorang bapak yang keluarganya juga ditahan menambahkan, kondisi memprihatinkan ini sudah berlangsung lama dan seakan didiamkan. Ia berharap pemerintah tidak hanya melihat kasus kaburnya tahanan sebagai kesalahan warga binaan saja.

"Semua pegawai dan pejabat di rutan harus bertanggung jawab. Copot mereka semua," tegas dia.

Sekitar 200 tahanan kabur dari Rutan Pekanbaru, Riau, dan lari ke semak-semak sekitar lokasi dan permukiman. (Liputan6.com/M Syukur)
Terkait hal ini, Kabid Humas Polda Riau Kombes Guntur Aryo Tejo mengatakan, kepolisian juga sudah menerima laporan dari tahanan yang ditangkap mengenai masalah pungli dan buruknya pelayanan Rutan Sialang Bungkuk. Ia mengatakan, polisi bisa saja turun tangan. Namun, ia lebih berharap ada pembenahan internal dari pihak Kanwil Kemenkumham Riau.

"Kita sedang dalami laporan itu, tapi lebih baik itu jadi perhatian instansi terkait agar pungli dan masalah lainnya itu segera dihilangkan. Kita sudah lihat sendiri dampaknya sangat memprihatinkan," kata Guntur.

Versi lain menyebutkan, kerusuhan dipicu oleh dua sipir rutan yang bernama Wira selaku Kepala Komandan Jaga dan Taufik selaku Kepala PAM Rutan. Keduanya disebut menjadi pemicu kemarahan ratusan tahanan di Blok C.

Keduanya diduga memukul salah satu tahanan di kamar yang berisi 100 tahanan, sehingga membuat tahanan lainnya marah. Ratusan tahanan mengamuk dan memukul balik keduanya yang kemudian sempat menjadi bulan-bulanan.

Hanya saja, Taufik berhasil lolos dari kerumunan tahanan, sementara Wira disandera tahanan yang tak sempat melarikan diri. Wira disebut sempat beberapa jam menjadi sandera tahanan hingga akhirnya dilepaskan.

Lepasnya Wira merupakan hasil negosiasi yang dilakukan Wakil Kepala Polda Riau Brigjen Ermi Widiatmo, Dandim Pekanbaru, Pejabat Wali Kota Pekanbaru Edwar Sanger, dan pejabat terkait lainnya.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau Ferdinan Siagian tak menampik adanya pemukulan oleh kedua petinggi rutan tersebut.

"Memang ada pemukulan. Ini nanti dibahas pada rapat koordinasi yang dilakukan besok," kata Ferdinan.

Dia mengatakan, pihaknya akan memberi sanksi bila dua petugas itu dalam pemeriksaan terbukti memukul tahanan. Dia juga menyebut tidak ada aturan ataupun wewenang petugas di rutan memukul tahanan.

"Tidak ada aturannya itu. Kan, ada istilah reward dan punishment. Ini akan diterapkan," ujar Ferdinan.

Berdasarkan hasil peninjauan yang dilakukannya pada Jumat, 5 April 2017 malam, ‎Ferdinan menyebut, terdapat sejumlah keluhan dari tahanan. Mulai dari adanya pungli, perlakuan tak manusiawi kepada tahanan, perbedaan perlakuan antara tahanan berduit dan tidak berduit, hingga minimnya fasilitas air bersih.

Ferdinan mengaku baru saja mengetahui kejadian itu. "Selama ini saya sering ke sini, tapi tidak ada terdengar. Ini baru saya ketahui, nanti dibahas," ujar Ferdinan.

Soal penyanderaan, Wayan juga mengungkapkan hal itu. "Siang tadi petugas kami juga disandera oleh warga binaan," kata I Wayan Dusak.


Kabur demi Bertemu Keluarga

Sebagian tahanan kabur diserahkan oleh keluarga (Liputan6.com / M.Syukur)

Pada Sabtu (6/5/2017) siang, kondisi rutan mulai kondusif. Edwar Sanger mengatakan, warga rutan sudah kembali ke kamarnya masing-masing dan berjanji tidak membuat hal yang mengganggu keamanan dan ketertiban.

Sementara untuk tahanan kabur dan belum tertangkap, Edwar meminta supaya menyerahkan diri. Edwar juga meminta warga berhati-hati dan segera melapor ke polisi jika melihat ada orang baru dan mencurigakan.

Selama pelarian, napi melakukan berbagai macam aksi. Salah satu di antara mereka kabur untuk menemui keluarganya. Seorang napi bernama Amiruddin sempat berjalan kaki hingga naik angkutan umum menuju Desa Teratak Buluh, Kampar. Di desa ini ia menemui adik kandungnya, Beni Wiranata.

Tahanan kasus narkoba ini ‎sudah lama tak menjumpai adiknya. Begitu kerinduannya lepas, Amiruddin bersama saudaranya tadi menuju Polsek Penghentian Raja dan menyerahkan diri.

Seorang napi lainnya bernama Hadi kabur untuk pulang ke rumah. Hadi berjalan kaki kemudian naik mobil tumpangan menuju kawasan Labersa. Dari sana dia naik kendaraan roda dua yang juga ditumpangi hingga akhirnya sampai ke Desa Pantai Raja, Kabupaten Kampar.

"Ada beberapa kali tahanan ini menumpang pakai kendaraan roda dua yang melintas hingga sampai ke rumahnya," ujar Kabid Humas Polda Riau Kombes Guntur Aryo Tejo.

Sampai di rumah dan sempat mandi hingga melaksanakan salat, keluarganya berinisiatif mengantarkan Hadi ke Polsek setempat untuk menyerahkan diri.

Sementara seorang ayah menyerahkan anaknya yang kabur dari rutan ke petugas, karena menilai rutan merupakan tempat tepat untuk saat ini.

"Lebih tenang kalau diserahkan ke sini (rutan), kalau di rumah nanti menyusahkan saja," kata pria yang mengaku berumur 43 tahun itu, Sabtu (6/5/2017), di Rutan Sialang.

Bapak ini juga enggan menyebut anaknya terjerat kasus apa. Dia hanya berharap sang anak menyelesaikan masa hukuman sebagai tanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukan. "Biarlah di sini menyelesaikan hukumannya," kata bapak tadi.

Kementerian Hukum dan HAM memastikan masih ada 234 tahanan dan narapidana yang kabur belum ditangkap. "Ada 234 yang belum ditangkap," kata Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham, I Wayan Kusmiantha Dusak.

Sementara itu, teka-teki terkait total tahanan yang kabur dari Rutan Sialang Bungkuk Pekanbaru akhirnya terjawab. Setelah melakukan pendataan dari setiap blok Rutan Sialang Bungkuk, Wayan mengatakan, total tahanan yang kabur pada Jumat 5 Mei kemarin sebanyak 448 orang. Sementara hingga Sabtu siang total tahanan yang telah ditangkap TNI-Polri dibantu masyarakat maupun menyerahkan diri sebanyak 213 orang.

"Dari jumlah kemarin 1.870 narapidana-tahanan, yang lari saat kejadian 448. Dari 448, sudah (ditangkap) dari polisi sebanyak 213 orang," jelasnya seperti dilansir Antara.

Kini pekerjaan Polisi dan TNI akan semakin berat dengan masih banyaknya tahanan yang kabur. Menanggapi kondisi tersebut, Wayan meminta bantuan jajaran Polda Riau untuk tetap melakukan penyisiran dan pengejaran kepada para tahanan yang melarikan diri.
"Kita minta ke Pak Kapolda terutama Pak Kapolres untuk tetap melakukan penyisiran," ujar dia.

Sekitar 200 tahanan kabur dari Rutan Pekanbaru, Riau, dan lari ke semak-semak sekitar lokasi dan permukiman. (Liputan6.com/M Syukur)
Hingga Sabtu sore, jajaran Polda Riau masih terus mengejar tahanan yang kabur. Polda juga mengimbau agar tahanan yang masih kabur menyerahkan diri.

"Sebaiknya menyerahkan diri, daripada nanti kontra produktif karena petugas kita di lapangan akan melakukan tindakan tegas dan terukur," kata Kepala Bidang Humas Polda Riau, Kombes Guntur Aryo Tejo.

Polisi sendiri mengandalkan naluri dan insting untuk menangkap tahanan kabur. Sebab, hingga kini belum ada data pasti mengenai identitas tahanan dari pihak Rumah Tahanan Klas IIB Kota Pekanbaru.

"Kita sebenarnya buta karena tidak ada data tahanan yang kabur. Namun, karena polisi sudah terlatih menangani ini, kita gunakan naluri dan insting," kata Kepala Kepolisian Resor Kota Pekanbaru Kombes Susanto, Sabtu (6/5/2017).

Sejak insiden kerusuhan dan kaburnya ratusan tahanan di Rutan Sialang Bungkuk pada Jumat, 5 Mei 2017, kata Susanto, sampai kini Rutan belum mengeluarkan data mengenai jumlah maupun identitas tahanan.

"Insting dari polisi akan bisa melihat tahanan yang kabur itu biasanya mereka panik, tidak pakai sendal, tidak ada KTP. Polisi juga banyak dibantu informasi dari warga," kata Susanto menjelaskan cara kerja polisi dalam memburu para tahanan.

Kemudian, polisi akan melakukan cek silang kepada pihak Rutan dan tahanan yang tidak kabur untuk memastikan yang ditangkap benar tahanan. "Supaya jangan sampai salah tangkap," kata dia.

Sementara untuk mencegah kejadian serupa terulang, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Riau Ferdinan Siagian berjanji menuntaskan dugaan pungli di Rutan Pekanbaru.

"Kita lagi lakukan pendalaman (atas dugaan pungutan liar di Rutan Klas IIB Sialang Bungkuk)," kata Ferdinan Siagian.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya