Liputan6.com, Turin Seluruh mata pencinta sepak bola baru saja melihat kesuksesan Juventus mengalahkan tim mengejutkan, AS Monaco, dua gol tanpa balas di Stade Louis II, tengah pekan ini. Itu adalah langkah besar I Bianconeri untuk rebut gelar juara Liga Champions.
Baca Juga
Advertisement
Musim ini, bisa dibilang menjadi langkah paling logis bagi Juventus untuk menyudahi dahaga gelar Liga Champions sejak 1995-96 lalu. Sebab, mereka punya kemampuan skuat yang mumpuni.
Hasil di kandang Monaco bisa dibilang menjadi salah satu bukti. Fakta kalau mereka tak pernah kalah dari tim asal Prancis itu kembali berjalan mulus.
Di bawah sentuhan pelatih Massimiliano Allegri, Juventus berpeluang besar meraih trofi Liga Champions. Mengapa? Berikut lima alasan yang dinukil dari Sportskeeda.
5. Fokus dan Motivasi
Juventus berada di puncak klasemen Serie A dengan 84 poin dari 34 pertandingan. Dengan hanya tersisa empat pertandingan, Bianconeri punya keunggulan sembilan poin yang nyaris mustahil dikejar oleh AS Roma.
Mereka akan menghadapi Lazio di final Coppa Italia. Namun, laga itu baru digelar awal Juni sehingga skuat besutan Massimiliano Allegri bisa fokus sepenuhnya ke Eropa.
Di sisi lain, Real Madrid dan AS Monaco masing-masing akan bertarung dengan Barcelona dan PSG di untuk gelar liga domestik. Dengan gelar liga keenam berturut-turut hampir di tangan, Juventus akan memiliki pandangan yang bagus mengenai trofi Liga Champions untuk membuatnya menjadi raihan treble pada penghujung musim.
Jika itu tidak cukup, ada juga alasan tambahan untuk memenangkannya bersama kapten legendaris mereka, Gianluigi Buffon. Dalam karier 17 tahun dengan Juve, dia telah memenangkan hampir semua gelar bergengsi yang ditawarkan, kecuali liga Champions. Akankah ini akhirnya menjadi tahunnya? Hanya waktu yang akan memberitahu.
Advertisement
4. Skuat Paling Seimbang
Bersama Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini, tim asal Turin ini memiliki duet bek tengah kelas dunia yang didukung oleh kehadiran Buffon di depan gawang serta diapit Dani Alves serta Alex Sandro. Andrea Barzagli dan Juan Cuadrado juga memainkan peran penting setiap saat sehingga memberi pelatih Massimiliano Allegri fleksibilitas untuk mengubah taktik kala mandek.
Juventus dapat menguasai lini tengah lapangan dengan gelandang seperti Miralem Pjanic dan Sami Khedira. Paulo Dybala dan Gonzalo Higuain sebagai ujung tombak yang mengancam dalam serangan.
Dengan formasi 3-4-3 yang diusung, Juventus sama sekali tak tersentuh di Eropa. Melaju sampai semifinal, mereka tidak sama sekali menelan kekalahan. Juventus membuktikan mereka punya skuat yang stabil.
3. Strategi Jenius dari Massimiliano Allegri
Allegri mengambil alih posisi Antonio Conte pada musim panas 2014. Namun, ia tampil dengan meyakinkan setelah membawa Juventus meraih gelar liga keempat sekaligus Coppa Italia.
Namun, Juventus kalah 1-3 dari Barcelona di final Liga Champions 2014/15. Musim 2015/16, Juventus berkembang dengan mengantongi gelar liga, Coppa, serta Supercoppa Italiana.
Mereka berada di jalur yang tepat untuk menyelesaikan treble bersejarah musim ini. Selama menjalani tugasnya di Juve, Allegri juga cerdik dalam bursa transfer. Dia mendatangkan Gonzalo Higuain yang telah memberikan Bianconeri mesin gol. Kemudian, Miralem Pjanic yang mengatur di lini tengah serta Andrea Barzagli dan Dani Alves telah menjadi nyawa di lini belakang dan sayap.
Pelatih asal Italia ini juga telah memberikan banyak bukti tentang kemampuannya untuk beradaptasi dengan formasi dan rotasi pemain. Melawan Barcelona, Allegri menggunakan empat bek. Sementara saat bertemu Monaco, ia menggunakan tiga bek. Insting membaca kekuatan lawan itu cukup diapresiasi karena punya hasil maksimal.
Advertisement
2. Potensi dan Serangan Mematikan
Duo Argentina Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala mungkin tidak selalu garang. Namun, mereka memiliki kemampuan untuk memanfaatkan peluang yang didapatkan.
Higuain telah mencetak 23 gol di Serie A musim ini dan Dybala sembilan. Keduanya membawa Bianconeri ke ambang juara liga keenam berturut-turut.
Dengan 32 gol di antara mereka, keduanya menyumbang hampir 50 persen dari 70 gol Juventus di liga. Catatan di Liga Champions mereka sama mengesankannya, dengan sembilan gol dari total 19 yang dicetak oleh Juventus dalam kompetisi tersebut.
Yang lebih penting lagi, keduanya adalah pemain yang terbiasa menjalani laga besar untuk tim mereka. Dybala sukses beri pelajaran kepada Barcelona di perempat final. Sementara Higuain jadi bintang saat kontra AS Monaco.
1. Pertahanan yang Tak Tertembus
Juventus memiliki pertahanan paling kuat dari empat semifinalis Liga Champions. Bianconeri mencatat sembilan clean sheets dari 11 laga. Hanya Lyon dan Sevilla yang menembus benteng tersebut.
Sejak November 2016, klub Italia itu telah menyimpan enam clean sheets dengan rataan kebobolan 0,18 per pertandingan (dibandingkan dengan 0,73 untuk Atletico, 1,36 untuk Real Madrid dan 1,64 untuk AS Monaco).
Sangat penting dicatat kualitasnya. Bahkan, trio MSN (Messi, Suarez, dan Neymar) Barcelona yang dikenal garang, malah gagal mencetak gol. Si Nyonya Tua tentu punya modal berharga dari duet maut lini tengah, Chiellini dan Bonucci. Menarik memang menantikan aksinya di semifinal leg kedua nanti.
(I. Eka Setiawan)
Advertisement