Ada Bumbu Prancis dalam Lakon Ronggeng Tarling Brebes

Ronggeng tarling tradisi Pandansari asal Brebes muncul seiring perkembangan usaha perkebunan teh setempat.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 08 Mei 2017, 15:33 WIB
Ronggeng tarling tradisi Pandansari asal Brebes muncul seiring perkembangan usaha perkebunan teh setempat. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Brebes - Apa jadinya jika ronggeng tarling tradisional memasukkan unsur drama satir Moliere Prancis ke dalamnya? Hasilnya adalah sebuah lakon ronggeng tarling yang dipentaskan di Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Lakon itu secara garis besar menceritakan seorang penari ronggeng bernama Ningsih yang memadu asmara dengan Tarjo, keluarga seniman tarling. Namun, hubungan itu tidak direstui oleh masing-masing orangtua mereka. Hal itu membuat Ningsih jatuh sakit. Sudah berbagai resep obat ia gunakan, tak ada yang memuaskan.

Hingga suatu ketika, ia mendapatkan wangsit bahwa ada tabib dari Brebes Utara. Adakah ia berhasil menemukannya? "Semua itu bisa disaksikan pada pementasan di TMII, Minggu 7 Mei," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes Amin Budi Raharjo, Sabtu, 6 Mei 2017.

Amin menjelaskan, Kabupaten Brebes merupakan daerah yang memiliki keragaman ekologi budaya. Keragaman tersebut tercermin dari pengaruh dengan budaya lainnya, baik dari keragaman seni, adat, dan tradisi.

Jika karakteristik budaya Brebes Selatan banyak dipengaruhi budaya Jawa Banyumasan, Brebes Utara kaya akan budaya Jawa Cerbonan.

Mengambil cerita ronggeng Pandansari, Kecamatan Paguyangan, gerak perpaduan seni pertunjukan ini berangkat dari nuansa suasana masyarakat Pandansari yang berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.

Dekat dengan kawasan perkebunan teh Kaligua, nuansa agraris tercipta dalam masyarakat Pandansari. Perkebunan teh Kaligua berdiri sejak 1899 oleh Van John Pletnu & co.

Pada 1900, perkebunan dikelola oleh de Jong. Dalam upaya memodernisasi mesin pabrik teh, de Jong membeli mesin ketel modern yang dikirim dari Pelabuhan Cilacap menuju Kaligua.

Dari Pagojengan ke Kaligua menempuh jarak 15 km, mesin ketel ditarik puluhan pekerja. Untuk menghibur para pekerja, pihak pengusaha mendatangkan penari ronggeng dari Tinggarjaya Jatilawang.

Peristiwa itu terjadi pada 1901 dan perjalanan itu berlangsung 20 hari. Sejak itulah, kesenian ronggeng Banyumasan dikenal hingga kini. Memiliki areal lahan 605,80 hektare, perkebunan Kaligua kini dikelola oleh PTP IX Perkebunan dan menjadi khazanah budaya di Kabupaten Brebes.
 
Bergumul dengan seni tradisional, pertunjukan itu berkembang hingga terakhir dikemas dengan kolaborasi teater modern dan seni pertunjukan ronggeng dengan tarling.

Aroma teater sampakan dan gemulai penari ronggeng mewarnai kisah ini. Gawe Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes ini hasil kerja bareng dengan Dewan Kesenian Daerah Brebes, melibatkan komunitas sanggar karawitan Langen Sari Krida Utama pimpinan Ki Rakim Hardono dengan teater Kembang SMA Negeri 1 Brebes.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya